Petani Kelapa

Gubernur Sulut Kucurkan 7 Miliar untuk Produksi Minyak Kelapa

Tumpukan Tempurung Kelapa di Desa Salimuli Galela Utara, Kabupaten Halmahera Utara

Manado,Hpost-Pemerintahan Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandouw (ODSK) terus berupaya mengembangkan industri kelapa rumahan di tengah impitan melemahnya harga kopra dan isu masuknya kelapa sawit.

Dinas Perkebunan Sulut fokus melakukan pengembangan dengan memberi bantuan fasilitas pengelolaan minyak kelapa biasa.

Kepala Dinas Perkebunan Refly Ngantung mengatakan, mulai pekan ini 24 paket unit pengelolaan minyak kelapa rumahan akan disalurkan ke kelompok penerima. Paket itu terdiri dari alat pembuat minyak kelapa dan bangunannya tersebut.

"Nantinya akan disalurkan di kabupaten kota yang merupakan sentra-sentra kelapa di Sulut," kata Refly yang dikutip dari tribunmanado.co.id, Sabtu 3 Oktober 2019.

Per paket bantuan itu senilai Rp 300 juta, ada 24 paket.

"Total anggarannya secara keseluruhan sekitar Rp 7 miliar," ujarnya.

Alat tersebut dapat membantu petani memproduksi minyak kelapa, dengan sekali olah bisa menghasilkan 80 liter.

"Dalam sehari bisa diolah sampai 3 kali, jadi total sehari bisa memproduksi 240 liter minyak kelapa," jelas dia.
Jika dikalikan dengan 24 unit alat pengolah, maka sehari maksimal bisa memproduksi 5.750 liter.

Terkait animo pasar, menurut Kadis Ngantung, cukup tinggi, meski harganya jauh di atas produk minyak sawit.
"Per liter minyak kelapa Rp 30.000," ujar dia.

Harga boleh mahal tapi kualitas jauh di atas, apalagi Dinas Perkebunan menggandeng TP PKK terus mengampanyekan konsumsi minyak kelapa biasa lebih menyehatkan dibanding minyak kelapa sawit.

"Sekarang kita sosialisasi manfaat minyak kelapa. Ini produknya paling sehat, kandungan protein tinggi, dan anti oksidan," ungkapnya.

Upaya pengembangan produk turunan kelapa selain kopra terus diupayakan, mengingat harga kopra yang sering jatuh berdampak ke ekonomi petani.

"Pemerintah inginkan jangan hanya kopra saja, banyak produk turunan, jangan hanya setengah jadi tapi produk jadi, biskuit kelapa misalnya bisa langsung makan," sebut dia.

Refly menyebut kelapa sebagai pohon kehidupan. Nenek moyang tanam kelapa, tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkannya sesuai perkembangan zaman.

Pemprov pun tetap melakukan peremajaan kelapa dengan bibit lebih unggul demi menjaga keberlangsungan pohon yang jadi lambang Sulut. (ryo)

Sumber : TribunNews.com

Penulis: Red

Baca Juga