Pilkada Sula

Pemilik Qit Hotel di Desa Wai Ipa Ditipu HT-Umar

Pemilik Qit Hotel, Aloam Ipa || Istimewa

Sanana, Hpost - Pemilik Qit Hotel, Aloan Ipa merasa dibohongi oleh Paslon nomor urut 1, Hendrata Thes dan Umar Umabaihi (HT-Umar).

Dihadapan sejumlah awak media, Aloan menceritakan, awalnya HT-Umar ingin menyewa beberapa kamar, guna keperluan kampanye di Desa Wai Ipa.

Melalui seorang Tim Sukses (TS), pembicaraan penyewaan kamar hotel, selama kurang lebih tiga bulan, dengan estimasi biaya sebesar Rp 150 juta.

"Tetapi dalam pembicaraan sewa kamar, tidak ada uang muka terhitung mulai dari akhir bulan September 2020," katanya Minggu 22 November 2020.

Setelah berkomitmen, Paslon HT-Umar berkampanye di Desa Wai Ipa beberapa waktu lalu. Tak lupa, Aloan diundang sebagai salah satu tokoh Desa.

"Waktu kampanye, dia (Hendrata Thes-red) bilang ke saya akan berikan sedikit uang, tapi saya tidak tahu apakah uang itu digunakan untuk sewa hotel saya atau untuk keperluan lain. Tapi sampai sekarang, wujud uang yang janjikan tidak ada," keluhnya.

Barita Terkait:

-  Kecewa Dengan HT-Umar, Dua Orang Ini Pilih Dukung FAM-SAH
-  Pernah Patah Gigi, Bekas Tim Pemenang HT-Zadi Putar Kemudi Dukung FAM-SAH

Merasa bertanggungjawab, lantaran Hendrata Thes masih menjabat Bupati Kepulauan Sula (Kepsul) aktif. Membuat Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah bersama seorang stafnya, mendatangi Qit Hotel.

Aloan bilang, kedatangan mereka sembari memberikan uang sebesar Rp 22,500 juta. Yang uang tersebut, tidak tahu diperuntukan untuk apa.

"Karena saya tidak tahu uang itu untuk apa, ya saya gunakan merubah warna hotel dari kuning ke biru. Sekaligus hiasi dengan bendera Partai Demokrat dan beberapa spanduk dukungan kepada HT-Umar," jelasnya.

Tak ada kejelasan antara dirinya dengan Hendrata Thes, terkait biaya sewa hotel. Ditambah uang yang diberikan Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah, tidak jelas.

Membuat dirinya brertemu Hendrata Thes di kediamannya di Desa Fagudu. Setibanya, ia justru digiring membahas kerja tim di Desa Wai Ipa.

"Setelah itu, saya diberikan uang sebanyak Rp 10 juta. Anehnya, uang itu tidak ada petunjuk mau dibawah kemana, apakah biaya tim atau biaya sewa hotel.

Saya datang bukan urusan politik, tapi saya datang untuk kepastian sewa hotel saya, malah dibahas tim," kesalnya.

Tidak mendapat jawaban di hadapan Hendrata Thes, ia menempuh jalur lain dengan menghubungi Ketua Tim HT-Umat Rustam Sanaba.

Alhasil, ia mendapat uang sebesar Rp 17,500 juta. Dengan catatan, di dalam kuitansi tertulis telah melunasi biaya hotel selama satu bulan, terhitung mulai dari awal Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah memberikan uang sebanyak Rp. 22,500 juta dan Rp 10 juta yang diberikan Hendrata.

"Saya tidak tahu uang-uang yang diberikan kepada saya untuk apa, tapi mereka minta kwitansi sewa hotel. Setahu saya, uang-uang itu tidak jelas arahnya kemana.

Tiba-tiba, uang Rp 10 juta dari Hendrata, uang Rp 22,500 juta dari Sekretariat Daerah dan Rp 17,500 juta dari Ketua Tim. Dianggap sebagai biaya sewa hotel satu bulan, karena dihitung-hitung jumlah Rp 50 juta," paparnya.

Salah satu Tokoh Desa Wai Ipa ini merasa dirugikan, karena sistem pembayaran tidak sesuai dengan komitmen awal.

"Banyak informasi soal Hendrata Thes sering bohongi warga, dan saat ini saya juga merasa dibohongi," pungkasnya.

Penulis: Tat
Editor: Awi

Baca Juga