Banjir

Alarm Bahaya Hutan Halmahera

Kondisi jembatan baja yang membentang di atas Sungai Tiabo, Desa Ngidiho, Galela Barat, Halmahera Utara, Maluku Utara. || Foto: dok. BWS Maluku Utara

Galela, Hpost – Hujan deras di wilayah Halmahera Utara, Maluku Utara, pada Jumat 15 sekira pukul 08.00 WIT hingga Sabtu 16 Januari 2021 yang mencapai 299 milimeter per-hari, membuat Sungai Tiabo meluap.

Sebuah jembatan berbahan baja yang terbentang di atas Sungai Tiabo, Desa Ngidiho, Galela Barat, tumbang. Jembatan yang kabarnya dibangun perusahaan pisang itu, adalah satu-satunya akses yang menghubungkan antara wilayah Galela – Loloda – Tobelo.

Warga pun membuat rakit sebagai akses penyeberangan alternatif. “Tarifnya Rp10 ribu per-orang sekali menyeberang. Untuk orang sakit yang mau berobat gratis,” ucap Kepala Dinas Perhubungan Halmahera Utara, M. Ikrab Baba, kepada Halmaherapost.com saat dikonfirmasi sehari pasca peristiwa tersebut.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara, Bebi Hendrawibawa mengatakan, dari segi morfologi, kapasitas Sungai Tiabo sangat memadai. “Cuman kalau dilihat dari lokasi, sungai ini meandering (berkelok-kelok),” kata Bebi kepada Halmaherapost, awal pekan Januari 2021.

Menurut Bebi, kapasitas jembatan cukup kuat. Namun ada konsentrasi energi pada sungai yang sudah berubah. “Waktu di lokasi, saya lihat ada sebuah pohon utuh yang hanyut di sungai. Artinya daya pikat tanahnya tidak kuat lagi, atau catchment areanya relatif gundul,” ungkapnya.

Cuplikan video dari warga Desa Roko yang discrandshot. Tampak warga menanam pohon kelapa di wilayah Gogoroko yang digusur perusahaan. | Foto: Son Suba, warga Desa Roko.

Keterangan yang diperoleh tim BWS di lokasi, peristiwa yang sama pernah terjadi pada 1933, 1936 dan 1954. Sehingga diasumsikan - tanpa menghitung curah hujan - peristiwa tersebut akan terjadi pada 25 - 35 tahun lagi.

“Kita bukan mendoakan, tapi alam memang seperti itu. Jadi banjir seperti kemarin itu pasti akan terjadi."

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Halmahera Utara, Abner Manery, berkesimpulan, bahwa penyebab dari banjir tersebut akibat penebangan hutan di dataran tinggi.

Bahkan, Abner mengaku ini baru pertama kali terjadi. Sebelumnya belum pernah. “Padahal intensitas curah hujannya tidak seberapa. Dari sore hingga malam hari, tapi kejadiannya cepat sekali,” ungkapnya.

Persoalannya, Dinas Lingkungan Hidup Halmahera Utara belum punya kajian terkait penyebab banjir tersebut. “Kita belum bisa pastikan. Harus dilihat secara keseluruhan dulu,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Halmahera Utara, Samud Taha, kepada Halmaherapost.com.

Namun Samud menduga, ini akibat curah hujan yang cukup tinggi. Sementara, daya tampung sungai tidak memungkinkan sehingga air pun meluber ke wilayah permukiman.

Ia mengakui bahwa saat ini, wilayah Halmahera Barat sedang dibangun pabrik dari perusahaan PT TUB. “Jadi bisa saja. Karena lahan terbuka, sehingga volume air yang cukup besar mengalir ke sungai,” katanya.

Selanjutnya 1 2 3 4 5
Penulis: Red
Editor: Nurkholis Lamaau

Baca Juga