Pembangunan

Proyek Breakwater Hiri, Ternate Mulai Dikerjakan, Pengerajaan Terancam Molor

Gelombang pasang tepat di depan Pelabuhan Penyeberangan Pulau Hiri di Kelurahan Sulamadaha, Ternate Barat, Kota Ternate, Maluku Utara. || Foto: Wawan Ilsyas/Pemuda Pulau Hiri

Ternate, Hpost – Pemkot Ternate, Maluku Utara mulai membuat tetrapod untuk pembangunan talud penahan ombak (breakwater) pada pelabuhan Pulau Hiri di Kelurahan Sulamadaha, Kecamatan Ternate Barat.

Pengerjaan proyek tersebut oleh CV Diyacel Sejati dengan biaya sebesar Rp1.184.369.000 yang bersumber dari APBD dengan estimasi waktu 45 hari untuk 600 buah tetrapod.

Mustam Fabanyo selaku pengawas, saat ditemui wartawan mengatakan, pengerjaan rangka tetrapod tersebut sudah berlangsung selama 4 hari dan baru 7 buah rangka besi tetrapod yang jadi.

Baca Juga:

“Kita tidak bisa memastikan dalam waktu 45 hari rangka besi tetrapod bisa selesai. Karena, untuk target yang diberikan Pemkot Ternate, yakni 600 buah tetrapod. Sedangkan, tenaga pekerja yang dipakai ada 10 orang. Makanya, tergantung orang kerja, karena cepat atau lambat yah tergantung orang kerja jadi tidak boleh pakai target, karenq pasti ada kendala juga kan," kata Mustam.

Sementara soal ketersediaan cetakan untuk tetrapod, ia bilang sementara masih dalam pembuatan.

“Disini tempatnya sempit. Makanya diselesaikan semua rangka dulu baru cetakannya di bawa kesini lalu kerja cor," terangnya.

Terpisah, Pemilik CV Diyacel Sejati, Gajali Muhidin mengatakan, pembuatan cetakan model tetrapod sangatlah baru bagi Ternate, bahkan se Maluku Utara. Maka itu, pihaknya memilih order di Manado.

"Model begini baru juga, makanya kita pesan di Manado, bisa juga pesan di Surabaya cuma saya khawatir pengirimannya terlambat," ucapnya.

Ia memastikan pekan depan pesanan tersebut sudah tiba di Ternate, sehingga saat ini pekerjanya sedang fokus pembuatan rangka besi.

"Minggu depan barang sudah ada, jadi saat ini kita bikin rangka dulu semua, biar cetakan datang langsung cor saja. Untuk pengecoran dalam sehari 15 buah. Sehingga, jika estimasi pekerjaan selama 45 hari, target 600 buah tetrapod bisa terpenuhi,” katanya.

Sementara untuk biaya operasional, ia mengaku masih menggunakan uang pribadi. Lantaran, Senin, 29 November 2021 besok ia baru akan mengajukan permohonan uang muka sebesar 20 persen.

“Untuk anggaran besi, tukang dan biaya konsumsi pekerja sudah menghabiskan Rp50 juta lebih. Belum lagi, lokasi pekerjaan untuk membuat rangka besi sekaligus penampungan tetrapod nanti merupakan tanah milik warga. Makanya, mereka minta disewa, dan saya akhirnya ambil jalan dengan sewa tanah. Satu tempat Rp10 juta dan satunya lagi bagian atas itu Rp7,5 juta jadi total Rp17,5 juta pertahun, tapi karena saya belum dapat uang muka jadinya saya hanya berikan uang tanda jadi Rp500 ribu lebih dulu," ungkapnya.

Meski begitu, ia berharap tidak ada keterlambatan pada cetakan tetrapod. Agar pengerjaannya bisa segera dilakukan dan capaian target bisa tercapai sesuai kontrak kerja.

"Ini memang estimasinya 45 hari tapi mungkin akan lewat sedikit, karena anggaran pemasangannya kan di tahun depan ada lagi," tandasnya.

Penulis: Nit/KD
Editor: Ramlan Harun

Baca Juga