Pendidikan

Toefl jadi Syarat Studi Akhir, Mahasiswa Unkhair Mengeluh

Gedung Rektorat Universitas Khairun Ternate || sumber: unkhair.ac.id

Ternate, Hpost – Sejumlah mahasiswa Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara, merasa keberatan dengan kebijakan wajib toefel yang diberlakukan pihak kampusnya sebagai prasyarat menyelesaikan studi akhir.

Kebijakan yang berlaku belum lama ini diprotes oleh sejumlah mahasiswa yang juga sedang menempuh studi akhir.

Salah satu mahasiswa, Afan mengatakan, dirinya keberatan dengan wajib toefel lantaran tidak ada kejelasan mengenai fungsi toefel dan tidak ada sosialisasi dari pihak universitas.

"Saya merasa kebijakan ini sungguh tikdak ada kejelasannya, kira-kira apa fungsi dan manfaat toefel untuk mahasiswa, saya merasa keberatan dan tidak paham soal kebijakan ini, tidak ada sosialisasi sama sekali," kata Afan, seperti dilansir lpmmantra.com, Selasa 24 Mei 2022.

Demisioner Ketua Himapro Antropologi itu juga menyesalkan biaya toefel sebesar Rp50 ribu yang dibebankan kepada setiap mahasiswa dalam sekali tes toefel.

"Kalau tes berulang-ulang otomatis anggaran yang kami keluarkan akan berganda, terus pada saat toefel kami belum dibimbing terlebih dahulu, yah otomatis berpotensi tidak lolos dan akan tes lagi dengan membayar lagi. Saya bingung karena tiba-tiba saya mau ujian hasil harus dengan prasyarat itu," ujarnya.

Baca:

Pelaku Pembunuh WNA Karyawan PT IWIP Belum Ditemukan, Berikut Ancamannya


Pemkot Ternate Respons Serius Program Ayo Kembali Sekolah

Afan yang juga mahasiswa semester akhi, menyatakan bahwa menolak kebijakan toefel. Ia bilang akan melakukan demonstrasi bersama rekan-rekannya di FIB apabila tidak ada kejelasan dari kebijakan ini.

Mahasiswa lainnya, Nofia Endang, juga ikut mengeluhkan kebijakan tersebut karena tidak ada sosialisasi saat diberlakukan.

Nofia menilai bahwa toefel yang menjadi prasyarat dalam ujian hasil itu sebelumnya tidak melalui tahap yang panjang dan dipersiapkan secara matang oleh kampus.

Akibatnya, kata dia, peserta tidak terlebih dahulu melakukan pra tes dengan soal-soal latihan yang masuk dalam ujian toefel.

"Yang kurang dari ketetapan toefel adalah karena tidak ada sosialisasi dari kampus, akhirnya banyak mahasiswa bingung dan kurangnya informasi yang tersebar di kalangan mahasiswa," ujarnya.

Ia menekankan agar pihak kampus terlebih dahulu mengadakan pra tes sebelum pelaksanaan toefel agar mahasiswa yang mengikuti toefel dapat menyerap materi dalam ujian toefel nanti.

"Kalau kita tes berulang-ulang karena nilai hasil ujian belum mencapai standar, yah, itu memberatkan, apalagi selama tes ini berlangsung tidak ada pra tesnya, otomatis kita kewalahan," tuturnya.

Sementara itu Koordinator Pelaksana Toefel, Sutisno Adam, menjelaskan kebijakan toefel merupakan kebijakan pihak universitas, sedangkan pihak UPT Bahasa hanya mengeksekusi dan menjalankan tes UEPT (Unkhair ' S English Praticiency Test) yang mirip dengan toefel.

"Kami hanya mengeksekusi kebijakan dari kampus. Sebenarnya tes ini dinamakan dengan UEPT (Unkhair 'S English Praticiency Test)," kata Sutisno saat dikonfirmasi.

Dosen Sastra Inggris itu menuturkan, bahwa tes UEPT bermanfaat bagi mahasiswa karena menjadi prasyarat di perusahaan ketika mahasiswa hendak bekerja di sana, sehingga mahasiswa harus memiliki kemampuan bahasa Inggris.

"Banyak manfaat positifnya, terutama setelah mahasiswa keluar dari kampus akan sangat berguna bagi dunia kerja, tes ini juga mencoba melatih mahasiswa dalam bahasa Inggris," tandasnya.

Penulis: Fadli Kayoa
Editor: RHH

Baca Juga