Opini
Gedung Putih yang Menghitam
Penulis: Ummulkhairy M. Dun
Sekretaris Umum Kohati HMI Cabang Ternate
Di puncaknya yang menakjubkan, terhampar pemandangan indah. Dari sana, terlihat dengan jelas Pulau Maitara dan Pulau Tidore yang sama persis dengan gambar yang ada di uang pecahan seribu rupiah edisi tahun 2000. Orang-orang Ternate menyebutnya "Gedung Putih". Gedung putih yang masih tampak putih konon dibangun sebagai tempat tinggal Wali Kota Ternate. Konon, bangunan ini tidak pernah ditempati oleh tuan-tuan kami karena tidak memenuhi standar tinggal mereka.
Melansir dari media Republika, seorang masyarakat setempat mengutarakan bahwa gedung yang katanya rumah dinas Wali Kota itu ternyata belum pernah ditempati. Lebih lanjut disampaikan, bahwa sejak dibangun gedung tersebut baru pernah diramaikan oleh tamu-tamu Seminar Internasional Wallace di masa tuan kami bapak Samsir Andili. Pasca seminar, gedung itu masih tidak ditempati tuan-tuan kami.
Desain bangunannya yang modern tidak mampu menarik minat mereka yang pernah menjadi tuan kami untuk menempatinya. Tidak tertariknya mereka untuk menempati gedung putih itu telah merobek kepercayaan masyarakat. Pasalnya, harapan masyarakat pupus atas ketidakpandaian tuan-tuan dalam memanfaatkan APBD. Pembangunan gedung putih itu tidak mungkin jika tidak menghabiskan anggaran hingga miliaran rupiah.
Membangun dengan mengorbankan sebagian kepentingan masyarakat harusnya ditempati atau paling tidak dijaga dan dirawat bangunannya. Namun, pada kenyataannya sejak tahun 2012 gedung itu sudah terbengkalai. Selain terbengkalai karena kesunyiannya, juga didukung dengan sebagian dinding yang retak, plafon yang bocor sehingga mengharuskan masuknya air saat hujan dan kerusakan lainnya. Kerusakan-kerusakan ini semakin memantapkan para tuan kami periode selanjutnya untuk tidak menempati tempat ini bahkan bersikap ogah memperbaikinya.
Baca juga:
AOC: Pemimpin Politik Muda dan Perlawanan Terhadap Oligarki
Depresiasi Toleransi Al Zaytun
Ke’ogah’an tuan kami di masa lalu terbukti saat APBD tahun 2012 hendak dialokasikan sebesar 1,5 miliar untuk perbaikan gedung hanya ilusi belaka. Omongan yang turut kosong seperti gedung ini menjadikan defisit sebagai alasan para tuan kami saat itu. Hal ini diutarakan oleh Kabag Umum Pemerintah Kota Ternate saat itu melalui Republika. Ogahnya para tuan kami pun mendarah daging hingga saat ini.
Kehadiran gedung yang diilusikan anggaran perbaikannya itu saat ini semakin jelas kehancuran fisik bangunannya. Masyarakat Ternate kembali dibuat geger dengan beredarnya video tertidurnya remaja putri dalam keadaan bugil di salah satu bagian dari gedung ini tepatnya di toilet. Melalui media online maupun offline yang dijangkau masyarakat Ternate, gadis yang sebelumnya dikira tewas itu, padahal tertidur di toilet yang ditemani oleh ragam tumpukan sampah. Toilet tersebut hampir memiliki fungsi yang sama dengan TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Tuan-tuan kami saat ini patutnya mendapat apresiasi karena telah mampu mengalih fungsikan gedung yang awalnya menjadi kediaman Wali Kota berubah fungsi sebagai TPA. Apalagi, masalah Ternate saat ini pun berkutat pada perihal sampah. Kehadiran TPA di bagian selatan kota tepatnya di puncak Kalumata cukup strategis. Para tuan cukup mengalokasikan sedikit anggaran untuk menambah alat pengelolaan sampah saja demi meminimalisir masalah sampah ini.
Menghitamnya sampah-sampah di gedung putih semakin pekat kehitamannya dengan aksi-aksi di ruang gelap yang harusnya terang itu. Anak gadis yang idealnya tidak masuk dalam ruang gelap itu, lewat video memberikan penjelasan yang cukup sederhana kalau dia dalam keadaan pusing akibat mabuk sehingga dia tertidur di toilet rusak itu. Keadaannya yang mabuk bersama empat orang teman perempuan memilih gedung putih sebagai destinasi berfoya-foya atau oleh masyarakat lokal mengenalnya dengan istilah ‘pesta captikus’.
Komentar