Nikel
Teknologi HPAL Bawa Harita Nickel Menuju Produsen Baterai Kendaraaan Listrik Dunia
Harita Nickel, melalui PT Trimegah Bangun Persada, berhasil menerapkan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) pertama di Indonesia, yang memungkinkan produksi bahan baku baterai mobil listrik di Pulau Obi, Maluku Utara. Penerapan teknologi ini menjadikan Harita Nickel sebagai pionir dalam industri baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Produksi nikel sulfat dan kobalt sulfat di Indonesia dulunya hanya sebatas angan-angan. Namun, dengan teknologi HPAL, bahan baku baterai untuk kendaraan listrik kini berhasil diproduksi di dalam negeri. Teknologi HPAL, yang telah digunakan di berbagai negara seperti China, Filipina, dan Kuba, dikenal cukup rumit. Di Indonesia, beberapa pabrik mencoba menerapkannya tetapi gagal, hingga akhirnya Harita Nickel berhasil menjadi yang pertama menerapkan HPAL dengan sukses.
Baca juga:
Harita Nickel Dorong Pendidikan Berkualitas di Pulau Obi, Songsong Indonesia Emas 2024
Harita Nickel Teken Kerja Sama dengan Kemenko Marves: Komitmen Selamatkan Ribuan Hektare Mangrove
Keberhasilan Harita Nickel
Pada 2021, melalui PT Halmahera Persada Lygend (HPL), Harita Nickel berhasil memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP). Pada 2023, mereka mulai memproduksi nikel sulfat dan kobalt sulfat sebagai turunan dari MHP.
Roy Martua Sigiro, Deputy Department Head of Nickel Sulphate and Acid Plant Harita Nickel, menjelaskan, bahwa teknologi HPAL mampu mengubah nikel kadar rendah (limonit) yang sebelumnya dianggap limbah menjadi produk bernilai tinggi seperti MHP, nikel sulfat, dan kobalt sulfat.
“Teknologi HPAL atau High Pressure Acid Leaching adalah teknologi pemurnian nikel kadar rendah ataupun yang sering kita sebut sebagai limonit yang selama ini belum pernah diolah. Selama ini hanya dibuang menjadi overburden dan yang diolah hanyalah nikel kadar tinggi atau pun saprolit,” jelas Roy.
Komentar