Sosok
Mengenal Sosok Basri Salama: Inisiator Pemekaran Provinsi Maluku Utara
Terlahir dari keluarga sederhana dengan kehidupan yang serba pas-pasan membuat masa kecil Basri Salama penuh dengan perjuangan. Anak ke-11 dari 12 bersaudara ini tumbuh di kampung kecil bernama Surumalao, sebuah desa yang kini telah berkembang menjadi Kelurahan Tosa di Kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan. Meskipun masa kecilnya sulit, Tuhan selalu menghadirkan orang-orang baik di sekitarnya, yang tak pernah ia lupakan jasanya.
Basri mengenang masa kecilnya sebagai sebuah perjalanan dari satu kampung ke kampung lain di Tidore. Kedua orang tuanya adalah pedagang kecil yang menghabiskan hari-harinya di pasar, menjadikan pasar semacam "rumah kedua" bagi Basri. Ia terbiasa melihat dan membantu kedua orang tuanya bekerja keras untuk menyambung hidup, bahkan sejak usia belia.
Basri memulai pendidikannya di SD Negeri 1 Gamtufkange Tidore, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Soasio. Namun, biaya pendidikan menjadi tantangan besar bagi keluarganya. Di sinilah Haji Abubakar Konoras, seorang dermawan yang juga tokoh masyarakat Tidore, turun tangan. Dengan bantuannya, Basri berhasil menamatkan SMP pada tahun 1992. Di sela-sela kesibukan sekolah, Basri tak segan-segan berdagang es keliling dan berjualan di pasar membantu orang tuanya.
Saat orang tuanya harus berdagang hingga ke Sorong, Basri dan adiknya selalu berada di bawah perhatian para tetangga, terutama keluarga almarhum Muhamad Togubu, seorang penjaga kantor Bupati Halmahera Tengah. Kepedulian mereka memberi rasa aman dan nyaman bagi Basri kecil, yang belajar tentang nilai kebaikan dari orang-orang di sekitarnya.
Baca juga:
Survey: Husain Alting dan Benny Laos Bersaing Ketat di Kota Ternate
Hasil Survey Elektabilitas Empat Paslon Wali Kota Ternate Pilkada 2024
Survey Calon Wali Kota Ternate: Petahana Masih Unggul Jauh dari Pesaing
Selama di SMP, Basri menunjukkan bakat kepemimpinannya dengan menjabat sebagai Ketua OSIS. Lanjut ke SMEA Negeri Soasio, ia kembali terpilih menjadi pengurus OSIS dan mewakili Kabupaten Halmahera Tengah serta Provinsi Maluku dalam kegiatan pendidikan di Jakarta pada tahun 1994. Namun, saat lulus SMEA tahun 1995, Basri merasa tidak mampu melanjutkan ke jenjang kuliah karena keterbatasan biaya.
Nasib baik berpihak padanya. Saat mengurus ijazah, kepala sekolahnya, Haja Radjibah Sandiah, memberitahu bahwa Basri menerima beasiswa Supersemar sebesar Rp 750.000. Uang ini menjadi modal bagi Basri untuk memulai bisnis kecil-kecilan. Bersama ayahnya, ia membeli kambing dan ayam di Tobelo dan menjualnya di Sorong. Dari keuntungan ini, Basri mampu mendaftar di Universitas Khairun Ternate, memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bahasa Indonesia.
Namun, kuliah bukanlah akhir dari perjuangan. Di tahun-tahun awal, Basri harus bekerja sebagai buruh di pasar Gamalama Ternate demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beruntung, mulai dari semester tiga hingga lulus, ia kembali mendapatkan beasiswa Supersemar berkat prestasinya dan keterbatasan ekonominya.
Semasa kuliah, Basri semakin aktif sebagai aktivis kampus dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam. Pada tahun 1998, ia dikenal sebagai aktivis jalanan yang gigih, menggerakkan perjuangan pembentukan provinsi dan pemekaran kabupaten di Maluku Utara.
Setelah lulus, Basri tidak berhenti bergerak. Ia aktif di berbagai organisasi kepemudaan hingga akhirnya terjun ke dunia politik. Pada 2010 hingga 2013, ia menjabat sebagai manajer Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Maluku Utara. Lembaga ini berperan penting dalam mengelola pengusaha jasa konstruksi di wilayah tersebut.
Pada pemilihan legislatif 2014-2019, Basri berhasil terpilih sebagai anggota DPD RI mewakili Maluku Utara. Selama masa jabatannya, ia berinisiatif membentuk Kaukus Parlemen Maluku Utara yang terdiri dari anggota DPR RI dan DPD RI dari daerah tersebut. Langkah ini berhasil membuka jalur komunikasi langsung dengan pemerintah pusat. Pada satu kesempatan, Basri bahkan menginisiasi pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang membuka jalan bagi peningkatan anggaran pembangunan dan investasi di Maluku Utara.
Kini, Basri Salama, yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Partai Hanura Maluku Utara, berpasangan dengan Muhammad Kasuba sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara. Didukung oleh Hanura dan Partai Keadilan Sejahtera, pasangan ini—dikenal dengan akronim MK-BISA—siap membawa Maluku Utara ke arah yang lebih baik. Basri tetap optimis, yakin bahwa perjuangannya sejak kecil, ditempa oleh kesulitan dan dibantu oleh kebaikan orang-orang di sekitarnya, akan memberinya kekuatan untuk mewujudkan cita-citanya bagi masyarakat Maluku Utara.
Komentar