Pilkada
Survey: Gen Z di Ternate Paling Rentan Politik Uang pada Pilgub Maluku Utara
Survei terbaru dari Litbang HalmaheraPost yang dilakukan pada 31 Agustus hingga 7 September 2024 menyoroti fenomena politik uang yang masih menjadi isu serius di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Maluku Utara 2024.
Survei terbaru yang dilakukan oleh Litbang Halmaherapost terhadap 440 responden, dengan margin of error sebesar 4,8% dan tingkat kepercayaan 95%, mengungkap satu temuan kunci yakni tingginya kerentanan pemilih muda, khususnya Generasi Z yang berusia di bawah 27 tahun, terhadap praktik politik uang, dengan perbedaan mencolok di antara kelompok usia pemilih.
Pemilih Gen Z yang tergambar dalam Survey Litbang Halmaherapost sebesar 20,2 persen. Mereka tersebar di Benny Laos dan Sarbin Sehe 10%, Husain Alting dan Asrul Rasyid 7%, Aliong dan Sahril 1,8%, dan 0,8 persen dan 0,6 persen belum menentukan pilihan.
Dari 20,2% pemilih gen z di Kota Ternate, terdapat 30,3% pemilih Gen z, membenarkan politik uang, sementara 68,5% menolaknya, sisanya 1,2% tidak menjawab. Meskipun mayoritas menolak, angka yang membenarkan masih tergolong tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, mengindikasikan generasi muda lebih mudah terpengaruh oleh iming-iming materi dalam proses politik.
Baby Boomers: Penolakan Kuat Terhadap Politik Uang
Di sisi lain, generasi senior yang berusia 60 tahun ke atas mencatat tingkat penolakan tertinggi terhadap politik uang. Sebanyak 75,5% menolak praktik ini, dengan hanya 24,5% yang membenarkan. Pengalaman panjang dan pandangan lebih konservatif dianggap sebagai faktor kunci di balik sikap tegas mereka dalam memilih pemimpin.
Baca juga:
Peta Suara Suku pada Pilgub Maluku Utara di Kota Ternate
Peta Suara Milenial dan Gen Z Pilgub Maluku Utara di Kota Ternate
Survey: Husain Alting dan Benny Laos Bersaing Ketat di Kota Ternate
Generasi X: Kritis Namun Moderat
Generasi usia 44 hingga 59 tahun menunjukkan sikap kritis terhadap politik uang, dengan 73,5% menolak dan 22,1% membenarkan. Pola serupa juga terlihat pada pemilih usia 27 hingga 43 tahun, di mana 75,5% menolak dan 24,5% membenarkan.
Secara keseluruhan, meskipun mayoritas pemilih dari berbagai generasi menolak politik uang, generasi muda, terutama yang berusia di bawah 27 tahun, tercatat paling rentan terhadap pengaruh ini. Faktor ekonomi, kurangnya pendidikan politik yang matang, dan tingkat partisipasi politik yang masih berkembang diyakini berkontribusi pada kerentanan tersebut.
Generasi Muda dan Ancaman Politik Uang
Direktur Litbang HalmaheraPost, Jufri Abubakar, memberikan analisis mendalam mengenai tantangan yang dihadapi dalam Pilgub Maluku Utara 2024, khususnya terkait tingginya kerentanan generasi muda terhadap politik uang.
Ia menekankan bahwa masalah ini bukan hanya persoalan individual, tetapi mencerminkan kegagalan sistemik dalam memberikan pendidikan politik yang kritis kepada generasi muda. "Pendidikan politik selama ini terlalu formal dan seringkali tidak menyentuh substansi etika dan integritas politik. Inilah celah yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin menggerus demokrasi melalui politik uang," tambahnya.
Jufri juga menyoroti faktor ekonomi sebagai alasan dominan di balik kerentanan ini. Oleh karena itu, siapun kandidat yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih siap akan memiliki peluang lebih terbuka mengambil suara di kalangan gen z. "Ketika ekonomi menjadi masalah utama dalam kehidupan sehari-hari, politik uang terlihat sebagai solusi pragmatis bagi sebagian pemilih muda. Ironisnya, meski terlihat sebagai jalan keluar instan, praktik ini justru merusak demokrasi dalam jangka panjang."
Jufri menekankan perlunya pendekatan komprehensif untuk menyelesaikan masalah ini. "Edukasi politik berbasis kesadaran kritis harus diperkuat. Kampanye anti-politik uang tidak bisa hanya seremonial, tetapi harus membangun kesadaran bahwa demokrasi yang sehat hanya bisa terwujud dengan independensi moral dan ekonomi yang kuat," tegasnya.
Selain itu, Jufri melihat peran generasi senior sebagai penyeimbang moral yang harus dimaksimalkan. "Generasi yang lebih tua menunjukkan tingkat penolakan yang kuat terhadap politik uang. Ini adalah modal sosial yang penting, namun tanpa dialog lintas generasi yang intensif, pengalaman ini tidak akan tersalurkan kepada pemilih muda."
"Jika kita gagal menangani masalah ini, kita tidak hanya kehilangan kualitas pemilu, tetapi juga masa depan demokrasi kita. Politik uang adalah ancaman nyata, dan generasi muda adalah sasaran empuknya. Semua pihak harus-segera mengambil langkah konkret, sekarang," tutup Jufri.
Komentar