Pariwisata

Solusi Membangkitkan Pariwisata Maluku Utara, Ekowisata dan Kolaborasi Ekosistem

Nelayan mengemudikan peruhu melintasi Pulau Galo-galo Kecil, Kabupaten Pulau Morotai, yang pernah menjadi tempat menginap Grup Band Slank || Fotografer: Layank/Hpost

Dalam hal kebersihan, lanjut dia, juga butuh perhatian. Ini juga masalah sekaligus menjadi tugas pemerintah memaksa pengelola destinasi wisata menerapkan kawasan destinasi wisata yang bersih dengan lingkungan yang baik.

“Ini bagian dari pelayanan  kepada pengunjung. Sekali atau dua kali kita memberi pelayanan kurang baik pengunjung atau wisatawan akan  berburu destinasi lain. Di Sulamadaha, banyak bantuan fasilitas yang diberikan.  Ke depan Sulamadaha diharapkan kembali bergeliat destinasi wisata ini,” ungkapnya.

Manfaat Ekosistem untuk Pariwisata

Kepala Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Asih Yunani dalam kesempatan itu mengatakan, pihaknya juga ikut merehabilitasi beberapa destinasi wisata. Salah satunya menanam mangrove di pantai Sulamadaha Kota Ternate untuk mengamankan pantainya.

“Rencananya, BPDAS- HL melakukan penanaman juga di kawasan wisata Batu Angus. Terutama bibit buah dan bibit kayu,” imbuhnya.

Cris Samsudin, pengelola destinasi  wisata Cengkeh Afo Ternate mengatakan, bicara pengelolaan destinasi berhubungan dengan tata kelola. Tujuannya agar tercipta sustainable ecoturism (ekowisata berkelanjutan). Ini menjadi sesuatu yang wajib dan tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh pemilik destinasi.

Indonesia timur, kata dia, lebih mengembangkan ekowisata dengan pemberdayaan masyarakat lokal. Itu adalah konsep utama yang harus dilakukan. Kedua, banyak destinasi wisata kolaps dalam waktu tertentu karena dalam pengelolaan tidak mengikuti prinsip prinsip pengembangan destinasi yang sewajarnya distandarkan.

“Lebih ke pemahaman tata kelola dan SDM jadi kendala besar. Semua berpikir mencari pengunjung sebesar besarnya, tetapi tata kelola dalam memanggil pengunjung datang itu tidak ada,” cecarnya.

Baca juga:

Mudahkan Wisatawan, Dispar Kota Ternate Bikin TIC

Pelaku Usaha Penunjang Wisata di Ternate Segera Diizinkan Beroperasi

Cris bilang, berdasarkan hasil kajian, 80 persen destinasi wisata itu kolaps karena tanpa tata kelola dan permintaan pasar. Pengembangan pariwisata juga selaras dengan alam di mana destinasi itu berada. Dalam pengelolaan destinasi wisata, yang pertama dan menentukan adalah SDM pengelola.

Selain itu, Destination Management Organization (DMO) belum berjalan baik. DMO itu terutama struktur tata kelola destinasi pariwisata yang mencakup perencanaan, koordinasi, implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik. Melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah.

Menurut dia, hal itu bertujuan meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat di mana destinasi berada.

Selanjutnya 1 2 3 4
Penulis:
Editor: Rajif
Photographer: Firjal

Baca Juga