Kasus TBC di Tidore
Jumlah Kasus TBC di Tidore Menurun

Dinas Kesehatan Tidore Kepulauan, Maluku Utara, mencatat jumlah kasus Tuberculosis (TBC) di Tidore menurun di masa pandemi COVID-19.
Merujuk data Dinkes Tidore Kepulauan, pada 2019 terdapat 253 kasus. Angka itu mulai menurun di tahun 2020 yang hanya sebanyak 139 kasus. Sementara, pada 2021 sejak Januari hingga Juli baru ada 41 kasus.
"2020 ini mulai menurun. Salah satu faktor adalah COVID-19. Karena gejala TBC ini salah satunya adalah batuk. COVID-19 juga salah satu gejala adalah batuk, jadi masyarakat takut datang lakukan pemeriksaan karena takut dinyatakan COVIID-19," kata Malik Ahmad, Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Tikep, Minggu 1 Agustus 2021.
Malik menyebutkan gejala penderita TBC itu seperti mengalami batuk lebih dari dua minggu. Berat badan menurun, keringat setiap malam, nafsu makan berkurang, dan sering batuk disertai darah.
"Untuk memastikan itu, harus dilakukan pemeriksaan dahak atau lendir. Kalau ada bakteri di dalam dahak atau lendir berarti positif TBC," jelasnya.
Ia menegaskan, TBC merupakan penyakit menular. Penularan itu melalui percikan dahak atau lendir yang keluar saat penderita sedang berbicara, sedang batuk atau bersin-bersin.
Meski demikian, kata Malik, penyakit TBC dapat disembuhkan jika rutin lakukan pengobatan selama enam bulan. Resiko penularan akan menjadi sangat kecil jika sudah mengonsumsi obat secara rutin. Obat itu bekerja untuk membunuh bakteri. Namun jika tidak mengonsumsi obat maka resiko penularan menjadi bisa tinggi.
"TBC ini mudah menular, jadi siapa saja berpotensi terkena TBC. Tapi kalau sudah minum obat dan rajin minum obat itu resiko penularan sangat kecil," ungkapnya.
Bakteri itu, lanjut Malik, bisa menyebar lewat udara. Apalagi di tempat atau ruangan yang dingin berlembab dan tidak pernah terkena sinar matahari, maka bakterinya bisa bertahan lama.
"Makanya jendela atau pintu rumah itu harus dibuka supaya ada sinar matahari yang masuk agar bakteri mati," pungkasnya.
Komentar