Lingkungan Hidup
Rahasia Pengolahan Air Limbah Harita Nickel di Pulau Obi Terungkap: Begini Prosesnya!

Indra menyebutkan, dosis injeksi Pedemex adalah 10 miligram per liter, sedangkan ferosulfat 20 miligram per liter. Konsentrasi larutan Pedemex adalah 1 persen, sedangkan ferosulfat 5 persen.
"Ada pengalihan ke ferosulfat tergantung pada cuaca. Jika hujan, bisa dialihkan dari Pedemex ke ferosulfat," jelas Indra.
Kolam pengolahan air limbah, lanjut Indra, memiliki waktu resesi 2-3 jam.
"Jadi, aliran air dari hulu mengalir melalui partisi-partisi yang disediakan sampai ke ujung outlet dalam waktu 2-3 jam," beber Indra.
Debit air normalnya adalah 1000 kubik per jam, tetapi saat hujan debitnya meningkat menjadi 4000 hingga 5000 kubik per jam. Penggunaan polimer bertujuan untuk mempercepat proses pengendapan.
"Dengan dosis 10 PPM, kadar TSS bisa mencapai ratusan. Pengendapan yang biasanya memakan waktu mingguan bahkan bulanan bisa dipercepat menjadi 10-15 menit," tambah Indra.
"Setelah melalui proses tersebut, airnya akan mengalir ke kanal Todoku dan langsung ke laut. Bahkan, air hasil olahan dari kolam kombaten terakhir akan digunakan untuk granulasi di pabrik feronikel, dengan model penyemprotan air dari smelter yang membara," tandasnya.
Indra menguraikan bahwa timnya memantau seluruh air limbah dari perusahaan tambang PT. Trimegah Bangun Persada (Harita Nickel) dan anak perusahaannya, yaitu PT. Gane Permai Sentosa, PT. Megah Surya Pertiwi, PT. Halmahera Persada Lygend, dan PT. Halmahera Java Feronikel di Obi Kawasi, Halmahera Selatan.
”Jadi di lokasi inilah kami bekerja untuk memastikan air limbah perusahaan dalam posisi aman dari sisi lingkungan,” tandasnya.
Komentar