Pasar
Penataan Pasar Basanohi Amburadul, Pedagang Kecam Pemkab yang Ambur Janji

Sanana, Hpost - Pedagang pasar Basanohi, Desa Fogi, Kecamatan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) kembali melakukan protes terhadap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) karena merasa dibohongi kesekian kali. Para pedagang mengecam kebijakan pemerintah yang dinilai tidak becus mengurus pasar.
Foni, salah saat pedagang saat ditemui awak media, Selasa 4 Agustus 2020, mengatakan, pedagang yang menempati bangunan pasar yang berhadapan dengan terminal itu menilai Bupati Hendrata Thes hanya berikan janji palsu kepada mereka yang tidak pernah ditepati.
Buktinya, bangunan yang mereka tempati yang atapnya sudah mengalami kebocoran di sejumlah titik itu tidak pernah diperhatikan. Padahal sudah dijanjikan akan menurunkan batako pembatasan antara pedagang, akan tetapi tidak juga ditepati.
Dari kebocoran itu, Foni bilang, pedagang kemudian mencari jalan alternatif dengan membeli terpal untuk menutupi jualan mereka. Sebab, setiap kali hujan, jualan mereka selalu basah, sehingga jualan mereka rusak atau busuk dan tidak lagi dibeli oleh pembeli.
Berdasarkan pantauan Halmaherapost.com, Selasa 4 Agustus 2020, Selain atap yang sudah bocor di mana-mana, tempat saluran pembuangan air kotor juga tersendat di semua sisi. Akhirnya, pedagang maupun pembeli harus menerima resiko dengan mencium bau busuk yang terjebak di dalam bangunan pasar tersebut.
Dari beberapa janji Bupati Hendrata Thes yang sampai saat ini tidak terpenuhi, sejumlah pedagang kemudian meluapkan amarahnya dengan memberhentikan proyek pembangunan yang sementara dilakukan di area pasar tersebut.
“Kami marah kepada pemerintah, karena terkesan tidak mengurus pedagang yang ada di pasar ini. Jadi kami berhentikan pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kepsul,” kata Foni.
Foni mengungkapkan, selama ini mereka terus membayar pajak kepada Pemkab Kepsul. Tetapi, setelah tempat mata pencaharian mereka mengalami kerusakan, Pemkab tidak mengurusnya.
“Iya, setiap bulan kita bayar pajak, satu petak Rp 90 ribu. Namun bangunan tidak sesuai dengan pajak yang mereka berikan,” kesalnya.
Bukan hanya itu, pedagang yang berjualan sejak 2011 itu mengeluhkan saluran pembuangan dikerjakan. Sebab, air tidak bisa keluar ke saluran yang disediakan. Akhirnya muncul bau busuk. “Hampir semua atap bocor. Akhirnya para pedagang kemudian menggunakan terpal untuk menutup jualan mereka. Juga bau busuk,” keluhnya.
Pedagang yang ada di bangunan pasar tersebut sebanyak 100 orang lebih. Selain yang ada di dalam petak, ada juga yang berjualan di tempat terbuka yang disediakan oleh pemerintah. Pedagang yang di tempat terbuka itu setiap hari membayar retribusi Rp 2 ribu.
“Bukan keuntungan yang mereka dapati, tetapi kerugian. Sebab bangunan yang Pemkab sediakan tidak menarik perhatian pembeli. Atap yang bocor itu kemudian merusak semua jualan kita,” Foni menambahkan.
Sementara Rosmi, salah satu pedagang pasar Basanohi menilai, Pemkab Kepsul sembarangan menata bangunan pasar yang di sini. Ada beberapa bangunan yang disediakan tapi tidak ditempati. Misalnya seperti pasar tingkat dan pasar ikan.
Mereka juga tidak ingin melawan kebijakan pemerintah. Hanya saja beberapa janji dari Bupati Hendrata Thes yang tidak dipenuhi, mau tidak mau mereka lakukan protes.
“Jadi kami usir orang dari Dinas PUPR Kepsul yang mau membangun taman di dekat swering. Kami bingung dengan pembangunan yang ada di sini. Misalnya ada bangunan yang dibongkar, pemerintah menyampaikan mau lakukan jalan, ketika sudah dibongkar, tiba-tiba bukan jalan yang mau dibangun, tapi yang lainnya lagi,” katanya.
Rosmi meminta kepada pemerintah agar segera memperbaiki atap yang bocor dan saluran pembuangan. Selain itu, pemerintah juga menertibkan seluruh pedagang yang ada di Sanana, supaya semuanya berjualan di satu tempat. Jangan yang lain jual di pasar, yang jual di torotoar sepanjang pertokoan Desa Fagudu.
“Pemkab harus selesaikan masalah yang lebih mendesak. Jangan dulu bangun yang baru, tapi urus dulu semua masalah yang saat dihadapi oleh pedagang,” pintanya.
Jika permintaan mereka tidak diindahkan oleh Pemkab Kepsul, lanjutnya, pedagang berkomitmen untuk terus melawan kebijakan dari pemerintah hingga permintaan mereka terpenuhi.
“Bupati Hendrata punya janji sudah terlalu banyak, tapi tidak pernah terpenuhi, buktinya atap yang bocor dan saluran pembuangan saja tidak bisa diselesaikan, ada juga dinding pembatas yang terlalu tinggi, janjinya akan diturunkan sedikit agar pembeli bisa melihat pedagang yang lain juga,” semprot Rosmi.
Komentar