Kesehatan

Mahasiswa Kedokteran Unkhair Keluhkan Biaya Rapid Test

Gedung Rektorat Universitas Khairun Ternate. (foto: Istimewa)

TERNATE, Hpost - Pemberlakuan biaya Rapid Test bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter dan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Khairun (Unkhair) Ternate dikeluhkan.

Bagaimana tidak, setiap mahasiswa harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 225 ribu. Yang biaya tersebut, tertuang pada Surat Dekan nomor 685/UN44.C9/LL/2020 tentang pemberitahuan pemeriksaan kesehatan.

Bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Dokter, dikenakan biaya sebesar Rp 777 ribu. Diantaranya, pemeriksaan MMPI 300 ribu, pemeriksaan visus dan test buta warna Rp 72 ribu, pemeriksaan narkoba Rp 130 ribu, pemeriksaan HbsAg Rp 50 ribu dan pemeriksaan Rapid Covid Rp 225 ribu.

Mahasiswa Prodi Farmasi, dikenakan biaya sebesar Rp 427 ribu per orang. Diantaranya, pemeriksaan virus dan tes buta warna Rp 72 ribu, pemeriksaan narkoba Rp 130 ribu dan pemeriksaan Rapid Covid Rp 225 ribu. Dan, mahasiswa lama Rp 225 ribu.

Pemberlakuan Rapid Test tidak lain, untuk keperluan perkuliahan luring, praktikum dan ujian.

"Bagi kami (ia dan mahasiswa lainnya-red), uang Rp 225 ribu itu terlalu mahal, apa lagi ini kewajiban. Kami mau tes diluar supaya lebih murah, tidak diizinkan," keluh salah seorang mahasiswa kepada halmaherapost.com yang tak mau namanya disebut, Senin 2 November 2020.

Katanya, ujian yang harus dilakukan tanggal 3 November, ditunda ke 4 November, lantaran baru 26 mahasiswa yang bersedia di Rapid Test hari ini (Senin-red).

"Mahasiswa Kedokteran sekitar 200'an orang, belum terhitung bagian Farmasi. Dan semua wajib Rapid di fakultas," ujarnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Unkhair Ternate dr. Marhaeni Hasan Sp.A, MM saat dikonfirmasi menjelaskan, mahasiswa boleh melakukan Rapid Test di luar kampus.

Mahalnya harga Rapid Test, katanya, karena sejak awal pembelian alat Rapid diawal pandemi, harganya melambung tinggi.

"Siapa bilang Rapid diluar tidak diizinkan, boleh Rapid diluar kampus," tuturnya.

Marhaeni bilang, salah satu kekhawatiran mahasiswa melakukan Rapid Test diluar kampus ialah, bisa saja menyembunyikan hasil tes bila hasilnya Reaktif.

"Hal itu yang kita khawatirkan, kalau lakukan disini (kampus-red) terus hasilnya Reaktif, kita bisa lakukan pemantauan selama 10 hari pasca tes. Takutnya mereka reaktif dan tidak melapor, kalau ada apa-apa bagaimana?

Kalau reaktif dan kita tidak tahu, bisa timbul kluster baru di kampus. Kalau sudah begitu, siapa yang mau tanggung jawab? Prinsipnya, bisa periksa dimana saja asal lapor hasilnya dengan jujur," bebernya menandaskan.

Penulis: Qra
Editor: Red

Baca Juga