Banjir
Banjir Kembali Landa Kawasan Perusahaan Tambang di Halmahera Tengah

Weda, Hpost - Kawasan Industri PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Halmahera Tengah, Maluku Utara, pada Selasa 18 Mei 2021, kembali dilanda banjir. Bahkan banjir di kawasan bandara Lelilef, baru pertama kali terjadi setelah perusahaan ini beroperasi.
Sebelumnya, pada 26 Agustus 2020, banjir dengan skala yang lebih besar bahkan merendam kawasan produksi PT IWIP.
Associate Director Media and Public Relations Department PT IWIP, Agnes Megawati, mengatakan, banjir tersebut terjadi karena curah hujan tinggi, sehingga air limpasan yang membawa kayu dan sampah organik menutup gorong-gorong atau saluran air.
“Berdasarkan hasil pantauan Dept HSE (Health Safety Environment) PT IWIP selama 1-15 Mei 2021 curah hujan yang turun sudah sekitar 9.5mm per hari dan pada tanggal 17-18 Mei 2021 selama 24 jam monitoring curah hujan menjadi 103.2 mm per hari,” jelas Agnes.
Baca juga:
Sungai Meluap, Kawasan PT IWIP Tersulap Jadi Kolam
DLH Malut Diduga Rekayasa Laporan Soal Banjir di Kawasan PT IWIP
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas I Sultan Baabullah Ternate, mencatat intensitas hujan per 17 Mei curah hujan terukur 219.7 mm pada wilayah kawasan Sagea dan sekitarnya.
Kendati begitu, Bagian Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Sultan Baabullah Ternate, Setyawan, mengatakan banjir yang terjadi bisa jadi karena adanya pembukaan lahan atau tutupan pohon. Ia mengatakan, tidak selamanya kondisi tersebut karena cuaca.
"Karena air dengan debit kecil saja, jika lahan gundul bisa memicu run off (aliran permukaan tanah), apalagi jika dengan debit yang besar," ucap Setyawan.
Baca juga:
Ini Penyebab Banjir di Weda, PT IWIP Diminta Bertanggungjawab
Ini 10 Sungai di Maluku Utara yang Rawan Banjir, Pengendalian Terkendala
Akademisi Meteorologi dan Klimatologi Fakultas Pertanian Universitas Khairun, Much. Hidayah Marasabessy, menambahkan pembukaan lahan oleh perusahaan bisa menjadi penyebab banjir atau penggenangan air.
"Kiranya ada masalah dengan Catchment Area (Daerah Tangkapan Air) dan Recharge Area (Daerah Reason Air) di hulu (Daerah Pegunungan) Daerah Konsensi tambang PT WBN (IWIP) sehingga ketika hujan yang turun dengan intensitas sedang hingga tinggi dalam durasi beberapa jam, laju limpasan air hujan yang jatuh (run off), semakin besar menuju daerah dataran rendah maupun cekungan yang ada," tandasnya.
Sekertaris Komisi III DPRD Halmahera Tengah (Halteng), Munadi Kilkoda, ketika dikonfirmasi mengatakan, banjir di kawasan itu disebabkan perubahan fungsi lahan dan hutan yang masif, tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
"Anda bayangkan berapa anak sungai yang hilang, berapa hektare hutan yang dibuka dan dialihfungsikan sampai menimbulkan efek seperti ini. Jadi ini bukan perkara drainase atau saluran air yang tidak normal. Ada problem di hulu yang harus dikoreksi kembali," ungkap Munadi.
Munadi berharap, pemerintah daerah jangan menganggap remeh masalah banjir, sehingga dibiarkan terus-menerus.
"Saya berharap dinas teknis tidak menyalahkan hujan sebagai penyebabnya. Bahkan bila perlu pemerintah melakukan investigasi dan dorong agar supaya ada audit lingkungan," harapnya.
Komentar