BBM

Ada Dugaan Penyelundupan 60Ton Minyak Tanah di Pulau Morotai

BBM Pertalite yang diduga ditimbun di salah satu gudang. Kini disita Satgas BBM Morotai || Foto: Istimewa

Morotai - Steven Manise, seorang subagen Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Minyak Tanah (Mita) di Kecamatan Pulau Rao, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, diduga kuat telah menyelundupkan 60 ton Mita yang seharusnya milik Desa Saminyamau.

Dugaan penyelundupan BBM milik masyarakat ini muncul karena selama dua tahun, mulai dari tahun 2022 hingga 2023, Steven tidak pernah melakukan distribusi BBM kepada mereka.

Berdasarkan data yang kami peroleh, jatah Mita untuk enam desa di Kecamatan Pulau Rao, termasuk Desa Saminyamau, seharusnya berkisar antara 2 hingga 2,5 ton per bulan. Namun, selama dua tahun terakhir, masyarakat tidak pernah menerima subsidi dari pemerintah.

Dampaknya, banyak warga yang mengeluh karena tidak pernah menerima BBM subsidi yang seharusnya mereka dapatkan.

"Kami tidak pernah mendapatkan BBM bersubsidi selama bertahun-tahun, padahal subagen kami, seorang bernama Steven, seharusnya memberikan 2,5 ton per bulan per desa. Jika dihitung selama 24 bulan, itu mencapai 60 ton BBM Mita yang tidak pernah sampai ke Saminyamau," keluh seorang warga Saminyamau yang enggan disebutkan namanya dalam publikasi pada Senin, 30 Oktober 2023.

Baca juga:


Bulog Jamin Ketersediaan Beras dan Gula Dukung Ketahahanan Pangan di Ternate


Mendorong Ternate Menuju Kota Gastronomi UNESCO, Peta Jalan Diperkuat


Perjuangan Menyelamatkan Air Sungai Sagea Dihadang Gas Air Mata


Mereka menjelaskan bahwa BBM bersubsidi memiliki perbedaan dengan BBM non-subsidi, karena subsidi tersebut adalah bantuan dari pemerintah yang harus disalurkan sesuai dengan aturan dan mekanisme yang telah ditetapkan.

"Jika ada indikasi tindak pidana dalam hal ini, seharusnya polisi dan jaksa segera menyelidiki kasus ini, karena masalah BBM ini memiliki undang-undang tersendiri dan dapat dipidana," ungkap seorang warga.

Kepala Desa Saminyamau, Mangamis Tarumere, juga menyampaikan bahwa BBM Mita selama tahun 2022 hingga Oktober 2023 tidak pernah sampai di desanya.

"Kosong, sudah lebih dari satu tahun ini. Selama tahun 2022, kosong. Dan hingga Oktober 2023, minyak tanah tersebut belum pernah sampai ke sini. Biasanya diambil dari pos-pos, tapi subagen bernama Epen (Steven) menghilang dan hingga saat ini, kita tidak tahu keberadaannya," ungkapnya.

Ketika ditanya dari mana kebutuhan minyak tanah diambil, ia mengakui bahwa mereka membelinya secara eceran dengan harga yang tinggi.

"Kami harus membeli minyak tanah secara eceran di sini, atau pergi ke Daruba untuk membelinya. Harganya cukup mahal, sekitar 12 ribu per liter," katanya, sambil menyebut bahwa Saminyamau seakan-akan terpinggirkan karena tidak mendapatkan subsidi minyak tanah.

Selanjutnya 1 2
Penulis: Maulud Rasai
Editor: Firjal Usdek

Baca Juga