Akses Pendidikan

Perjuangan Siswa dan Guru di Halmahera Selatan Menembus Banjir ke Sekolah

Para siswa SMK BPD Tomara terlihat menerobos banjir untuk bisa ke sekolah || Foto: Salah satu siswa

Di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, terdapat sebuah pemandangan yang sangat memilukan, menggambarkan ketertinggalan dalam dunia pendidikan yang meresahkan.

Di tengah-tengah kondisi ini, terdapat sebuah cerita heroik yang tak terungkap dari para siswa SMK BPD di Desa Tomara, Kecamatan Bacan Timur Tengah.

Setiap hari, para siswa di sekolah kejuruan ini menghadapi tantangan yang luar biasa hanya untuk mencapai ruang kelas mereka. Ketika curah hujan tinggi mengguyur wilayah tersebut, mereka harus berjuang melawan banjir yang melanda satu-satunya akses jalan menuju sekolah.

Jalanan yang biasa mereka lalui adalah sebuah sungai yang meluap, dan tanpa adanya jembatan penyebrangan, mereka tidak punya pilihan lain kecuali menerobos air yang menggenang.

Sinta, salah satu siswa SMK BPD Tomara, menggambarkan betapa beratnya perjuangan ini. “Kami sudah bersiap dari rumah dengan pakaian sekolah yang rapi, tetapi saat melewati sungai, kami harus rela basah kuyup. Walaupun banjir seperti ini, kami tetap harus bersekolah,” ujarnya dengan penuh semangat.

Sinta kemudian menceritakan insiden menegangkan di mana salah satu temannya hampir terseret arus deras. Beruntung, beberapa teman laki-lakinya segera memberikan pertolongan dan menyelamatkannya.

Baca juga:


Skandal Kematian Rio: Keluarga Tuntut Keadilan di Polres Pulau Morotai


KPK Turun Tangan di Morotai untuk Memantau Tata Kelola Pemerintahan


GEMAR Sukses: Milenial Projou Bagikan 500 Paket di Ternate


Sinta melanjutkan, “Dari rumah, kami sudah bersiap dengan pakaian sekolah yang bersih, namun saat bertarung melawan arus deras sungai, tubuh kami perlahan-lahan terendam. Bahkan dengan kehati-hatian, beberapa seragam tetap basah, dan teman kami hampir terseret arus. Beruntung, dia cepat tertolong karena bantuan teman-teman laki-laki.”

Perjuangan ini tidak hanya dirasakan oleh siswa, tetapi juga oleh para guru yang harus ikut menyeberangi sungai demi memastikan pelajaran tetap berjalan. Kepala SMK BPD Tomara, Nurni Amir, mengungkapkan keprihatinannya.

“Kondisi ini sudah berlangsung lama, dan hingga kini belum ada solusi dari pemerintah. Jika hujan terus-menerus turun, siswa terpaksa diliburkan selama seminggu karena risiko yang terlalu besar,” tutur Murni.

Nurni Amir juga menjelaskan, “Pada musim penghujan, keterlambatan materi pelajaran tak terhindarkan karena banyaknya waktu libur. Kami mencoba mengatasi keterlambatan ini dengan belajar kelompok di rumah dengan pendampingan guru.”

Harapan besar mereka kini bersandar pada pemerintah agar segera membangun jembatan penyebrangan. Dengan adanya jembatan, diharapkan para siswa dapat mengakses pendidikan tanpa harus melawan tantangan ekstrem setiap hari.

Penulis: FH
Editor: Firjal Usdek
Sumber: okebai.id

Baca Juga