Pahlawan Nasional
Baabullah, Toleransi, Kemaritiman dan Cikal Bakal Nusantara

Seminar Sultan Baabullah Pahlawan Nasional kembali digelar, Kamis 12 Desember 2019, bertempat di Auditorium Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, Jawa Barat.
Seminar yang berlangsung pukul 09.00 waktu setempat, menghadirkan pembicara Dr. Bondan Kanumoyoso dan Jou Ngofa Hidayat Sjah. Dalam seminar tersebut, Bondan memaparkan perihal perjuangan Sultan Baabullah Datu Sjah dalam membangun pemerintahan tradisional, Islamisasi yang unik, serta cita-cita kebangsaan Indonesia yang sudah lebih dahulu dimulai Baabullah sebagai cikal-bakal Nusantara.
Sementara Jou Ngofa Hidayat Sjah, memaparkan tentang zuriah serta harapannya akan pengusulan Sultan Baabullah sebagai Pahlawan Nasional dapat diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia, meski Baabullah, menurutnya, sudah menjadi pahlawan di hati rakyat Moloku Kie Raha.
“Bagi kami, Baabullah sudah manjadi Pahlawan. Tapi kami ingin Negara hadir mengakui perjuangan leluhur kami, sebagai bentuk terima kasih,” ucapnya.
Selain riwayat hidup, biografi dan peta perjuangan Baabullah, tak ketinggalan pula adalah foto atau gambar yang menjadi salah satu syarat pendukung bagi calon Pahlawan Nasional. Dengan persyaratan itulah, ditampilkan pula untuk pertama kali kepada publik, sketsa wajah Sultan Baabullah.
Sketsa wajah Sultan Baabullah ini telah disepakati oleh tim perumus naskah akademik dengan Jou Ngofa Hidayat Sjah sebagai zuriah dan perwakilan keluarga Kesultanan Ternate, pada Rabu 11 Desember 2019, pekan kemarin, yang merujuk pada deskripsi karya Francis Drake, Echoes of the Dragon's Drum, 1579.
Sketsa ini dibuat oleh dua pelukis Ternate, Iki dan seorang lagi yang memilih tidak disebutkan namanya. Dari sketsa awal itu, kemudian disempurnakan oleh pelukis asal Darmaraja, Sumedang, yakni Soemantri Rangga Winata.
Seminar Baabullah Pahlawan Nasional ini adalah yang kedua kalinya dari tindak lanjut seminar pertama yang digagas oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) di Kota Ternate, pada Agustus lalu dan dilanjutkan kali ini untuk memboboti naskah akademik.
Menyadari pekerjaan besar ini tidak hanya sampai di sini, dan bahwa data dan fakta sangat penting diperlukan dalam kelengkapan pengusulan Sultan Baabullah sebagai Pahlawan Nasional tersebut, membutuhkan dukungan semua pihak. Selain akademisi dan tokoh adat Ternate, hadir pula dalam seminar ini dua tokoh Nasional, Akbar Tanjung dan Abdul Gafur yang datang menyatakan dukungannya. Sementara Wali Kota Ternate, Burhan Abdurahman yang hadir sebagai pembuka seminar, juga menyatakan hal yang sama.
"Saya berharap melalui seminar dan kerja tim, bisa menemukan bukti-bukti kuat sejarah tentang kepahlawanan Baabullah di Nusantara. Pemerintah Kota Ternate akan mensupport," ucap Burhan Abdurahman.
Selain menyatakan dukungan, Burhan Abdurahman juga mengingatkan akan nilai-nilai toleransi yang ditanamkan Sultan Baabullah harus terus dijaga, “Sultan Baabullah mengusir Portugis dengan sangat toleran. Menjunjung tinggi hak asasi manusia. Padahal ayahnya dibunah secara tragis oleh Portugis.”
Langkah lanjut
Apabila telah memenuhi persyaratan administrasi, kemudian diusulkan kepada Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) untuk dilakukan penelitian, pengkajian, dan pembahasan. Usulan yang memenuhi kriteria menurut pertimbangan TP2GP kemudian diajukan oleh Menteri Sosial kepada Presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dibentuk untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan. Pengajuan dilakukan untuk mendapatkan persetujuan Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional sekaligus Tanda Kehormatan lainnya.
Usulan calon pahlawan nasional yang dinilai tidak memenuhi persyaratan, dapat diusulkan kembali satu kali dan dapat diusulkan kembali minimal dua tahun kemudian, terhitung dari tanggal penolakan. Sedangkan usulan calon pahlawan nasional yang ditunda, dapat diusulkan kembali dengan melengkapi persyaratan yang diminta dan diajukan kembali kepada menteri.
Komentar