Reklamasi

Pro Kontra Reklamasi Salero-Dufa-dufa

Aktivitas penimbunan pantai dalam proyek reklamasi Salero - Dufa-dufa, Senin 30 Desember 2019 || Foto : Bur/Hpost

Ternate, Hpost - Proyek reklamasi Salero-Dufa-dufa yang saat ini sudah dalam tahap pengerjaan masih menuai pro kontra di tengah masyarakat. Proyek yang menelan anggaran hampir Rp 30 Miliar mendapat tanggapan berbeda dari masyarakat.

"Saya mendukung adanya reklamasi karena torang suda bisa jauh dari air laut/ombak, torang masyarakat di sini hanya minta dorang bikin torang punya jalan masuk kaluar parahu saja karena torang di sini mayoritas nelayan, tapi dorang bilang tidak ada tempat jadi sementara dorang masi cari dia punya tempat dulu," kata Buyung salah satu warga Kelurahan Sangaji, saat ditemui Halmaherapost.com, Senin 30 Desember 2019, pagi.

Pantauan halmaherapost Reklamasi pantai Salero-Dufa-dufa dengan anggaran yang bersumber dari APBD kota Ternate senilai Rp 29.558.807.000.00, dikerjakan oleh PT. Bmi Aceh Citra Persada, sudah mulai melakukan penimbunan sepanjang kurang lebih 500 meter dari arah pantai kelurahan Sangaji.

Papan Proyek Reklamasi || Foto : Bur/Hpost

Sebelumnya, prayek reklamasi pantai Ternate mendapat penolakan dari berbebagai element. Seperti yang dikutip dari Cermat 29 Oktober 2019, Gerakan Mahasiswa Pemerhati Sosial (Gamhas) melakukan aksi penolakan.

Reklamasi pantai dinilai merugikan wilayah kelola nelayan tradisional dan memperparah pencemaran. Ekosistem pantai sangat rentan terhadap perubahan sehingga apabila terjadi perubahan, baik secara alami ataupun rekayasa akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem,

Sementara, dukungan terhadap reklamasi juga datang dari Wagiman warga Sangaji lainnya yang ditemui di kolasi reklamasi. Wagiman bilang ia mendukung karena dengan reklamasi karena Kota Ternate 10 - 20 tahun sudah sangat padat hingga ke pegunungan, sehingga reklamasi ini wajib dilakukan untuk penataan kota yang lebih baik.

"Ternate ini kecil, sekarang pemukiman sudah sampai ke tengah gunung, memang dampak buruknya juga ada sala satunya merusak terumbu karang tapi reklamasi tetap didukung untuk pembangunan kota," katanya.

Kondisi terkini pengerjaan proyek reklamasi || Foto : Bur/Hpost

Sementara itu, Fatima yang juga warga Sangaji tidak setuju dengan reklamasi. Meski begitu sebagai warga kota ia tak bisa berbuat banyak karena semua telah berjalan sesuai keinginan pemerintah daerah.

"Saya tidak setuju dengan adanya reklamasi pantai karena bikin lingkungan air laut kotor, terumbu karang juga rusak dan menghambat aktifitas nelayan karena torang (kami) masyarakat di sini sebagian besar nelayan tapi karena reklamasi ini program pemerintah, torang ikuti saja."

Senada dengan itu, Ucen sala satu warga Salero bilang sejak awal proyek reklamasi tidak memperhatikan aspek sejarah, seperti di Dodoku Ali. "

"Ketika reklamasi dilakukan, volume air meningkat ketimbang belum ada reklamasi," tutupnya

Penulis:

Baca Juga