Covid-19

Pemkot Ternate Didesak Gugus Provinsi Segera Kaji PSBB

Pemandangan Kota Ternate dengan latar pulau Maitara dan Tidore. Foto: Layang

Ternate, Hpost –Pemerintah Kota Ternate diminta segera mengaji dampak sosial dan ekonomi untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Hal ini menyusul telah terjadi penyebaran lokal corona virus atau Covid-19 di Kota Ternate.

“Pemberlakuan PSBB harus mempertimbangkan banyak aspek. Termasuk ekonomi, sosial, dan sebagainya. Semua itu dikaji baru selanjutnya diberlakukan PSBB,” ujar dr. Alwia Assagaf saat konferensi pers, Senin 4 April 2020, di media center posko Sahid Hotel Ternate.

Menurut Alwia, dari sisi penanganan pemberlakukan PSBB sangat tepat. Meski begitu perlu kajian dari sisi kesiapan pemerintah kota Ternate.

"PSBB banyak konsekuensinya. Pemkot Ternate bisa mulai dg pengaturan jarak kios-kios di pasar, tempat jualan kue, pakai antrean tidak bergerombol," urainya.

Alwia bilang, PSBB diberlakukan dengan dasar analisa dan kajian epidemiologi kota Ternate yang merupakan daerah risiko tinggi dengan dasar enam kasus transmisi lokal.

Kondisi geografis kepulauan Kota Ternate dan Maluku Utara, kata Alwia, sangat mendukung pemutusan mata rantai Transmisi Lokal. Saat ini, jelas Alwia, transmisi lokal di kota Ternate sudah sebanyak enam kasus.

Alwia menjelaskan, awalnya pasien tertular dari daerah di luar Maluku Utara lewat para pendatang. Berdasarkan kajian Epidemiologi terbagi dalam pasien kluster Gowa (acara keagamaan), kluster Dorolonda (kapal penumpang), Kluster Temboro Magetan (pesantren), diambah dengan pendatang lainnya..

“Saat ini setelah dikaji ternyata yang sakit ini tidak ada perjalanan dari wilayah merah atau ada perjalanan tapi sudah lama (sdh lewat masa inkubasi virus),” papar Alwia.

Sebelumnya, Guru Besar Epidemologi Universitas Hasanuddin, Makassar, Profesor Ridwan Amiruddin, Senin 13 April 2020, memperkirakan puncak pandemi covid-19 di Maluku Utara, akan terjadi pada pertengahan Juni 2020 mendatang dengan perkiraan sebanyak 574 kasus.

Namun, hal itu dapat dicegah dan ditangani jika diberlakukan pengetatan kontak sosial seperti hindari kerumunan, jaga jarak, stay at home bisa didorong hingga mencapai 30 persen, maka akan memperlebar waktu kasus berlipat dari 3,65 hari menjadi 6,6 hari.

Terkait kerentanan itu, Alwia Assagaf berharap, rencana penerbangan yang masuk betul hanya untuk Cargo dan logistik, bukan penumpang.

“Karena masih banyak persoalan kita dengan transmisi local. Bagaimana mungkin lagi kita harus mengahadapi pelaku perjalanan yang lain kalau adanya pesawat penumpang yang masuk ke Maluku Utara melalui Ternate,” katanya.

Penulis:

Baca Juga