Pahlawan Nasional

Didaulat Jadi Pahlawan Nasional, MHB-GAS Kenang Perjuangan Sultan Baabullah Datu Syah

Pasangan Calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ternate, nomor urut 3, M. Hasan Bay dan Moh. Asghar Saleh.

Ternate, Hpost - M. Hasan Bay dan M. Asghar Saleh memberikan apresiasi atas pengukuhan Sultan Baabullah Datu Syah sebagai pahlawan nasional. Pengukuhan tersebut tertuang pada Keputusan Presiden nomor 117/TK/Tahun 2020, yang secara resmi di tandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 6 November 2020.

"Kami Paslon MHB-GAS mengucapkan selamat atas penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Baabullah Datu Syah. Terimakasih juga kepada pihak-pihak terkait yang turut memperjuangkan sebagai pahlawan nasional," ungkap M. Hasan Bay, Senin November 2020.

Di samping memberikan ucapan selamat, MHB-GAS juga mengenang legacy penting Sultan Baabullah Datu Syah, yang menurut keduanya perlu dipertahankan dan dilanjutkan.

Dalam bidang politik dan pemerintahan, kepemimpinan Sultan Baabullah Datu Syah di Ternate tidak hanya berhasil mengusir penjajah dan memperluas wilayah kekuasaan, namun juga kelihaiannya dalam membangun dan menjalin kerjasama yang egaliter, dan saling menguntungkan dengan banyak negara.

"Semasa Sultan Baabullah Datu Syah memimpin, identitas kemanusiaan orang Ternate tidak ditentukan oleh bahasa, asal-usul, dan sebagainya. Identitas itu ditegaskan secara universal sebagai hasrat yang satu, tidak bersyarat lain," jelasnya.

Legacy kedua, Sultan Baabullah Datu Syah tidak menginginkan adanya monopoli, bilamana ingin mencapai dan mewujudkan kesejahteraan secara kolektif. Sultan memiliki kontribusi besar dalam mengubah tatanan ekonomi yang sentralistik. Langkah itu diambil, dengan tujuan ekonomi lebih terbuka dan seimbang. Banyak perjanjian-perjanjian yang tidak menguntungkan dan tidak adil, di ubah pada masanya.

"Sultan Baabullah Datu Syah mewariskan strategi militer dan perang yang mumpuni. Saat ayahnya terbunuh, Ia tidak menyerang Portugis secara langsung. Ia sadar meskipun rakyat kala itu siap mati. Langkah pertamanya justru, mengirim satu armada laut yang berkekuatan besar dipimpin pamannya Kaicil Kalasineo ke wilayah selatan. Sultan sangat berhitung jika perang meletus di Ternate," ceritanya.

Sultan tidak pernah mengintervensi kehidupan masyarakat, termasuk di bidang agama. Banyak catatan menyebut semasa ia berkuasa, ia getol memaksa rakyat memeluk Islam. Ini sebuah justifikasi keliru. Bukti fisik lainnya soal toleransi beragama adalah, masih berdiri dengan kokohnya Gereja Santo Willibrordus atau Gereja Batu di jantung Kota Ternate.

Legacy terakhir yang di tinggalkan Sultan Baabullah Datu Syah adalah pendidikan dan kebudayaan.

"Jika mengenang kebesaran Sultan Baabullah Datu Syah, tak cukup dengan historia semata. Ada banyak warisan nilai yang ditinggalkannya. Ini yang mesti dipelajari sebagai mozaik nilai-nilai yang menguatkan ornamen kehidupan saat ini," tandasnya mengakhiri.

Penulis: Qra
Editor: Red

Baca Juga