Lingkungan
Refleksi Akhir Tahun, Komunitas Slavery Soroti Persoalan Lingkungan di Maluku Utara

Ternate, Hpost – Komunitas Slavery Maluku Utara, pada Jumat 31 Desember 2021, sekitar pukul 16 di kawasan taman Falajawa, Kelurahan Muhajirin, Ternate menggelar aksi refleksi akhir tahun 2021.
Uniknya dalam aksi tersebut dilakukan secara bisu, bahkan para pendemo juga terlihat mengenakan busana seperti di film Money Heist dengan mengenakan topeng Savador Dali dan mengenakan pakaian warnah merah, sambil memegang pamflet aksi bertuliskan wujudkan keadilan ekologi dan stop perubahan iklim.
Alfian Djiko, selaku kordinator aksi, mengatakan bahwa aksi yang dilakukan itu untuk menyampaikan ke orang banyak bahwa selama ini tak satu pun persoalan lingkungan di Maluku Utara terselesaikan dengan baik akibat dari keberadaan perusahaan ekstraktif.
Ia menjelaskan, sejauh ini perkembangan kodisi hutan Maluku Utara belum ada perubahan data terbarunya meski banyak perusahaan tambang dang perkebunan yang berdampak terhadap lingkungan.
Baca:
Danlanal Temui Pemda Halmahera Tengah, Bahas Kesiapan Peresmian KRI Teluk Weda
Tuntut Dana Siltap, Sejumlah Kades di Halmahera Utara Unjuk Rasa di Kantor BPKAD
Gempa 4.8 M Guncang Halmahera Selatan, Tidak Berpotensi Tsunami
“Yang tercatat di Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, surat keputusan KLHK nomor 302 tahun 2013 luas hutan masih tercatat seluas 2,5 juta hektar. Dengan luasan tersebut, di dalamnya pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan seluas 76 ribu hektar, ditambah 96 IUP dan 3 KK seluas 600 ribu hektar lebih,” jelas Alfian.
Ia bilang, bukan hanya itu, terdapat juga pelepasan kawasan hutan hutan (Usaha Perkebunan) 59 ribu hektar, dan terdiri dari IUPHHK-HA 735,941 hektar, IUPHHK-HT 67.684 hektar, IUPHHK- HTR 19.438 hektar.
“Sementara luas daratan 31.982, 50 km persegi. Di dalamnya terdapat hutan konservasi 200 ribu hektar lebih, hutan lindung 500 ribu hektar lebih, hutan produksi 1,7 juta hektar,” katanya.
Olehnya itu, ia bilang, seharusnya sudah harusnya ada perubahan data terbaru, pasalnya banyak perusahaan tambang di Maluku Utara yang memberi dampak terhadap lingkungan dan hutan di Malut.
"Makanya, dalam refleksi ini torang (kami) ingin menyampaikan hutan Malut itu terancam dari kejahatan korporasi," tandasnya.
Komentar