Covid-19

Ini Hantu yang Mengisolasi Ibu Hamil di Kepulauan Sula Selama Pandemi

Osin ibu bersama sang bayi di desa Fogi, Sanana || Foto: Istimewa

Ternate, Hpost - Osin (28 tahun), warga Desa Fogi, Kecamatan Sanana, tengah hamil muda saat 4 orang warga Kabupaten Kepulauan Sula telah terkonfirmasi positif pada 8 Mei 2020. Saat itu, Osin bersama suami mulai khawatir dengan kondisi kandungannya. Keinginannya untuk memeriksa perkembangan janin di RSUD Sanana pun urung ia lakukan karena takut tertular.

“Sangat takut, kalau bilang rumah sakit, saya rasa bagaikan hantu. Takut sebut nama rumah sakit. Pertama itu maunya periksa kandungan di rumah sakit tapi takut tertular, apalagi saya lagi mengandung, bukan hanya saya yang tertular nanti bisa bayi juga,” kata Osin kepada Halmaherapost.com 23 Juli 2020 lalu.

Osin mengaku, sejak mengandung hingga melahirkan, ia hanya sekali mengontrol di Puskesmas Sanana, yakni pada Februari lalu. Ia lebih memilih memeriksa kandungannya di bidan atau klinik yang menyediakan layanan pemeriksaan kandungan daripada ke RSUD atau ke dokter.

Selanjutnya, Ia dan sang suami hanya memeriksa kandungan ke bidan serta klinik yang ada di Kota Sanana. Di sana, kata Osin, mereka hanya diminta menggunakan masker dan cuci tangan dengan hand santizer, soal panduan atau informasi khusus bagi ibu hamil tidak pernah mereka dapatkan. Akibatnya, saat melahirkan pun, dirinya enggan bersalin di RSUD Sanana.

“Hingga saya melahirkan pada Rabu  23 September 2020 saya lebih memilih melahirkan di rumah karena takut tertular. Ada bidan yang menangani itu, hingga bayi laki-laki saya lahir itu dikerjakan di rumah. Walaupun sudah new normal tapi masih ada banyak pasien yang tertular yang dirawat di RS,” ungkapnya kepada Halmaherapost.com di rumahnya, Rabu 23 September 2020.

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Provinsi Malut per 30 September 2020, Kepsul menjadi salah satu daerah tertulur Covid-19, dengan angka kasus positif sebanyak 2.065 kasus, 1.802  kasus sembuh dan 189 kasus aktif. Dari jumlah kasus positif tersebut, 73 diantaranya berasal dari Kabupaten Kepsul dan tercatat 18 orang kasus aktif.

Baca Juga: 

Empat Pasien Covid-19 di Sula Dapat Bantuan dari Pemuda Desa Waibau

Warga Kepulauan Sula Positif Covid

Letak kabupaten Kepsul di paling selatan di wilayah Provinsi Maluku Utara dengan jarak dari Kota Ternate, sekira 284 kilometer, membuat penanganan dan sebaran informasi Covid-19 tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi itu tak terkecuali bagi informasi pelayanan kesehatan bagi ibu hamil selama pandemi.

Selain Osin, Nita (32) tahun asal Desa Fagudu, Kecamatan Sanana juga menolak memeriksa kandungannya di RSUD Sanana, meski memiliki fasilitas memadai bagi bumil. Sebab, dia takut tertular virus terutama dari petugas medis maupun pasien lainnya. Di sisi lain, RSUD Sanana merupakan satu-satunya RS yang ada di Kepsul yang juga melayani pasien positif covid-19.

“Jadi saya juga melahirkan di rumah dengan kondisi seadanya,” kata Nita.

Riana (29 tahun), bumil lainnya juga mengambil jalan pintas dengan memeriksa kandungannya di klinik saat usia kandungannya 4 bulan. Selain tak ada antrean, pemeriksaan di klinik juga tidak banyak risiko berkontak dengan pasien lainnya. “Saya takut ke RS saja, takur bayi dan saya ikut tertular,” kata Riana pada Kamis 24 September 2020.

Ina salah satu bidan Desa Fogi, pernah menyarankan satu pasiennya untuk melahirkan di RSUD Sanana, namun tidak sedikit yang menolak dan memilih ditangani seadanya di rumah oleh bidan desa.

“Satu minggu lalu saya tangani ibu hamil di Desa Fogi melahirkan, karena tidak mau ke rumah sakit, tapi Alhamdulillah lahir dengan selamat,” ungkapnya 24 September 2020.

Rosmita Tamimi salah satu bidan yang tergabung dalam petugas penangana  pasien Covid-19 di RSUD Sanana mengaku, di Kabupaten Kepsul sudah ada ibu hamil suspek Covid-19. Hingga saat ini, pasien tersebut menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Sanana.

“Tapi hasil swabnya belum keluar, jadi masih dalam penanganan,” kata Rosmita.

Baca Juga:

Kades di Kepulauan Sula Diwajibkan Ambil Peran Tangani Covid-19

Pasien Covid-19 Karantina di SMPN 1 Sanana, Ini Fasilitasnya

Makmur Tamani, salah satu dokter kandungan di RSUD Sanana membenarkan, sejak virus Covid-19 merebak, sebagian besar ibu hamil lebih memilih memeriksa kandungannya di klinik. Bagi Makmur, itu adalah hak pasien, hanya saja dirinya mulai jarang menerima konsultasi dari bumil sejak pandemi.

“Karenaa bidan desa punya tanggungjawab untuk itu, yang penting melakukan pemeriksaan intensif di bidan desa yang melayani. Kalau ada keluhan maka bisa di konsul ke dokter spesialis kandungan,” kata Makmur.

Menurut Makmur, pihaknya juga menyiapkan layanan darurat dengan menyiapkan ambulance khusus bagi pasien yang memilih melahirkan di rumah.

“Dan tanggungjawab bidan desa yang komunikasikan untuk keadaan darurat harus dibawah ke rumah sakit. Sebab sudah ada standarnya untuk itu, agar pemeriksaan lanjutan. Nomor khusus yang disiapkan oleh rumah sakit,” tuturnya.

Makmur menegaskan, sesuai standar pelayanan dalam kondisi darurat pasien wajib dibawa ke RSUD bukan di puskesmas. Sebab, penanganannya membutuhkan dokter spesialis.”Corona inikan virus jadi tergantung daya tahan tubuh. Kalau tidak berhadapan dengan orang-orang yang terinfeksi, maka tidak terserang, maka perlu pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak,” jelasnya.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kepsul Bahrudin Sibela, mengaku pemerintah juga memfasilitasi gizi bagi ibu hamil dan telah dibagikan, namun masih banyak ibu hamil yang tidak tahu. Penambahan gizi itu berupa makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita dibawa usia 5 tahun.

Sementara Eny Aji, dari Komunitas Nyingalaha yang bergerak di isu pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi, juga sebagai Pengamat dan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi mengatakan, harusnya ibu hamil di pantai terus oleh bidan desa.

”Biasanya bidan desa atau puskesmas melakukan pemeriksaan rutin, jadi ibu hamil sudah terdeteksi sampai hari H persalinan, kemudian di pantau,” katanya.

Menurut Eny, proses persalinan yang dilakukan di rumah sangat berisiko bagi nyawa bumil. Dia bilang, pemerintah mesti mengevaluasi program bumil selama pandemi agar menjamin kesehatan ibu dan anak tetap selamat dan tidak tertular virus korona. Bahkan, kata Erni diperlukan protokol kesehatan khusus bagi pasien pasien rentan seperti bumil.

Baca Juga:

Wabah Covid-19 Menyebar, DPRD Sula Masih 'Tidur'

“Karena yang paling rentan diprioritaskan lebih ke ibu hamil, kondisinya lebih mudah terserang karena imun atau daya tahan tubuhnya yang kadang berubah-ubah karena efek kerja hormonal,” paparnya.

Lebih lanjut Eny menilai, pemerintah mestinya menyediakan rute khusus bagi ibu hamil maupun perempuan yang ingin mengakses layanan reproduksi di tengah pandemi.

“Layanan khusus untuk kondisinya ditengah pandemi itu yang belum ada,” ungkapnya kepada Halmaherapost.com, 27 September 2020.

Selain rute, lanjut Eny, RSUD harusnya juga menyediakan layanan konseling konsultasi kesehatan reproduksi via online atau telepon, untuk mengurangi kontak ibu hamil selama kehamilan di masa pandemi.

“Harusnya ada nomor atau informasi khusus harus hubungi kemana, apalagi dengan jangkauan jauh. Kemudian desa yang tidak ada jaringan,” pungkasnya.

Dia menegaskan,  pemerintah provinsi/kota/kabupaten, harus memastikan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama mulai dari puskesmas, bidan praktik mandiri, sampai pada fasilitas kesehatan rujukan Rumah Sakit PONEK atau rumah sakit yang dibuka 1x24 jam untuk penanganan situasi darurat bagi ibu dan bayi yang aman dari penularan covid-19.

Sementara dalam pandemi, kita masih temukan ada persalinan yang dilakukan di rumah yang berisiko terhadap keselamatan ibu dan bayi.

Eny bilang, pemerintah mestinya menyediakan alur akses layanan kesehatan cepat tanggap yang khusus bagi ibu hamil maupun perempuan yang ingin mengakses layanan reproduksi di tengah pandemi berupa pemeriksaan kesehatan, pemasangan kontrasepsi dan lainnya.

“Layanan khusus ini yang belum dipahami dan diketahui oleh masyarakat luas, sehingga jarang yang memeriksakan kesehatan dan pemasangan kontrasepsi untuk menekan tingginya kelahiran di tengah pandemi,” tutup Eni.

Penulis: Tat
Editor: Iki/Ijal

Baca Juga