Pandangan
Petahana Halmahera Barat Tumbang karena Komunikasi Politik Kurang Baik

Jailolo, Hpost – Kegagalan Danny Missy selaku petahana dalam melanjutkan kursi kepemimpinan di Halmahera Barat, Maluku Utara, menuai beragam tanggapan. Salah satunya datang dari akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Dr Helmi Alhadar.
“Gagalnya petahana Halmahera Barat melaju ke periode kedua akibat dari komunikasi politik yang kurang baik terhadap media dan masyarakat Halmahera Barat secara umum,” ucap Dr Helmi Alhadar, Kamis 18 Februari 2021.
Baca juga:
Usaha DAMAI Berakhir, JUJUR Resmi Pimpin Halmahera Barat
Helmi bilang, saat jelang Pilkada serentak 2020, kelompok petahana yang sebelumnya bersama-sama, memilih bertarung sendiri-sendiri. Salah satunya pasangan wakilnya, Ahmad Zakir Mando. Selain itu, politisi partai Hanura Denny Palar, juga memilih maju sebagai calon bupati.
Baca juga:
Bupati Halmahera Barat Dinilai ‘Bafoya’ Soal Pemekaran Loloda Tengah
“Apalagi saat pandemi COVID-19 kemarin sering keluar daerah itu sangat mempengaruhi citranya di mata publik. Dan kita melihat ketika dia pulang dari Jakarta, respons penolakan oleh kelompok masyarakat sampai yang terjadi di pelabuhan Jailolo waktu itu sangat heboh di Maluku Utara,” ungkapnya.
Menurut Helmy, itu menjadi opini publik dan sangat merugikan. “Karena isu-isu tersebut dalam kondisi menjelang Pilkada serentak sangat terasa, apalagi itambah dengan isu-isu pribadi,” sambungnya.
Baca juga:
Danny Missy ke Jakarta Atas Izin Gubernur
Terlebih dalam beberapa kesempatan, hubungan Danny dengan pers juga tampak kurang baik. "Jadi itulah pentingnya komunikasi politik. Kalau hubungannya negatif akan mempengaruhi persepsi wartawan terhadap dia," jelasnya.
Menurut dia, akses wartawan terkait pemberitaan terhadap Danny selama menjabat sebagai bupati pun sangat terbatas. "Jadi pada intinya komunikasi politiknya Danny Missy tidak terlalu berjalan baik terhadap media maupun masyarakat secara umum," pungkasnya.
Komentar