Lingkungan

Dua Kali Perairan Kampung Nelayan di Ternate Tercemar BBM dari Pertamina

Aksi nelayan Kelurahan Jambula terkait tumpahan BBM di perairan Kampung Nelayan tersebut. Foto: Ican

Ternate, Hpost – Kepala Pemuda Kelurahan Jambula, Fahri Robo, mengungkapkan tumpahan minyak di PT Pertamina Ternate, Maluku Utara sudah dua kali terjadi. Sebelumnya pada 2013 dan kali ini di tahun 2022.

Hal itu diungkapkan Fahri kepada wartawan saat diwawancarai Kamis 7 April 2022 terkait tumpahan Bahan Bakar Minyak (BBM) di perairan kampung nelayan tersebut.

Menurutnya kejadian tumpahan minyak jenis solar ini baru diketahui pada Rabu malam. Namun, informasi yang didapatkan dari nelayan bahwa tumpahan minyak ini sudah terjadi sejak Selasa 5 April 2022.

Baca:

Horee! Tarif ‘Oto Penumpang’ di Halmahera Timur Kembali Normal

Gelar Aksi Konsolidasi, Ajak Sikapi Kenaikan Harga BBM

BBM Langka, Antrean di SPBU Wari Halmahera Utara Masih Berlangsung

“Ada dua kapal yang menyuplai minyak jenis pertamax dan solar di PT Pertamina Persero, di antaranya kapal Sumi yang menyuplai minyak pertamax, sementara kapal Latomas yang menyuplai minyak solar,” ucapnya.

Ia bilang, tumpahan minyak ini akan berdampak atau mencemari lingkungan, terutama ekologi, baik mangrove, terumbu karang, dan biota laut lainnya.

“Warga meminta pihak PT Pertamina Jambula cepat menangani tumpahan minyak ini,” pintanya.

Sementara itu, terkait tumpahan BBM tersebut, sejumlah nelayan di Kelurahan Jambula, pada Kamis 7 April 2022 memblokade kawasan PT Pertamina Ternate.

Aksi tersebut menyikapi terkait kebocoran pipa minyak di dasar laut yang mengakibatkan BBM jenis solar dan pertamax tumpah mencemari perairan kampung nelayan tersebut.

Koordinator Aksi, Aldrian Ishak, mengatakan pihak PT Pertamina harus bertanggung jawab atas kejadian tumpahan minyak ini karena akan berdampak pada lingkungan dan warga.

“Para nelayan merasa kesal, bahkan kesulitan bernapas saat melaut, diakibatkan uap minyak naik ke permukaan,” katanya.

“Atas nama warga yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan mendesak petinggi PT Pertamina agar mencopot Kepala HSE dan K3, sekaligus mencopot OH di Pertamina,” tandasnya.

Sementara itu, Fuel Maneger PT Pertamina, Shibedehs Pangandhaeng, mengatakan sementara ini pihaknya masih melakukan pengecekan dan penanggulangan.

“Jadi kita belum bisa memastikan kebocoran pipa dari mana ke mana,” ucapnya.

Ia bilang, untuk sementara pihaknya juga belum bisa mengambil keputusan karena masih berkomunikasi dengan pihak Pertamina pusat terkait masalah ini.

“Kita lihat dulu masalahnya. Untuk sementara ada upaya komunikasi dengan pihak dari pusat terkait masalah yang ada,” pungkasnya.

Penulis: HN
Editor: Ramlan Harun

Baca Juga