Lingkungan

Ternate Terlibat dalam Forum Panel Ahli Perubahan Iklim di Bali

Forum Panel Ahli Perubahan Iklim di Bali, Senin 28 Oktober 2024 || Foto: Dedy

Pemerintah Kota Ternate menunjukkan komitmennya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dengan menghadiri Expert Panel Forum di Bali.

Dalam forum tersebut, Tim Penyusun Dokumen Aksi Perubahan Iklim Daerah Kota Ternate, bersama Asisten I Sekretariat Daerah Kota Ternate, Rukmini A Rahman, turut serta membahas langkah-langkah memperkuat resiliensi terhadap ancaman perubahan iklim.

Sejak 2021, Ternate telah berkolaborasi dengan 10 kota lain di Indonesia dalam program Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC), sebuah inisiatif yang diprakarsai oleh United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG-ASPAC).

Program ini dirancang untuk membangun kerja sama antara kota-kota di Asia dan pusat-pusat penelitian di Eropa guna mendukung pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, tata kelola yang baik, serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Inisiatif Early Warning System

Dalam upaya membangun resiliensi, Ternate mengembangkan program Early Warning System (EWS) dengan dua pendekatan: EWS berbasis masyarakat dan EWS berbasis teknologi. Pendekatan berbasis masyarakat bertujuan membentuk karakter dan meningkatkan pemahaman warga terhadap perubahan iklim, sementara pendekatan berbasis teknologi memperkuat sistem peringatan dini di tingkat lokal.

Rukmini A Rahman menjelaskan bahwa program ini melibatkan berbagai stakeholder dan akademisi untuk memastikan dokumen aksi iklim Kota Ternate mencerminkan kondisi nyata di lapangan. “Dokumen ini nantinya bisa digunakan sebagai acuan dalam pengembangan pola ruang kota Ternate,” ujarnya.

Langkah Strategis Ternate dalam Aksi Iklim

Kelompok Kerja Perubahan Iklim Ternate telah mengambil langkah-langkah konkret dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, di antaranya

  1. Menghitung persentase penurunan gas rumah kaca dari 2010 hingga 2030,
  2. Menyusun rencana aksi mitigasi perubahan iklim,
  3. Menghitung rata-rata curah hujan baseline (1991-2020) dan proyeksi (2021-2050),
  4. Mengukur tingkat kerentanan, keterpaparan, dan potensi dampak iklim,
  5. Menghitung indeks risiko iklim basah dan kering,
  6. Menentukan tingkat urgensi bencana iklim,
  7. Menyusun rencana aksi adaptasi perubahan iklim.

Komitmen Jangka Panjang dalam Menangani Perubahan Iklim

Dalam acara pembukaan forum, Direktur Lingkungan Hidup BAPPENAS, Priyanto Rahmatullah, SE., MA., menyatakan bahwa Indonesia telah menghadapi masalah sampah selama 20 tahun terakhir. “Semoga dengan berbagai upaya ini, kita dapat mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060,” ujarnya.

Forum ini merupakan bagian dari program UCLG-ASPAC yang berlanjut hingga 2025, dengan beberapa fokus utama:

  1. Pelatihan pengelolaan sampah dan tata kelola bioregional yang dikembangkan oleh Ecolise dan ACR+ untuk diaplikasikan di kota-kota CRIC serta kota lainnya.
  2. Diskusi mengenai tantangan dan peluang dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim guna mendorong kolaborasi dan partisipasi inklusif.
  3. Pembahasan tentang integrasi perangkat dan materi pelatihan dalam rencana aksi perubahan iklim kota.
  4. Berbagi praktik terbaik dan pelajaran dari kota-kota di Eropa, Asia Selatan, dan Asia Tenggara yang relevan dengan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk diadopsi di kota-kota Indonesia.

Dengan keterlibatan dalam program CRIC, Pemerintah Kota Ternate berharap dapat mengembangkan ketahanan perkotaan yang lebih baik, menghadapi perubahan iklim dengan langkah-langkah konkret, serta memperkuat kerja sama dengan pihak internasional dalam menangani tantangan iklim global.

Penulis: Qal
Editor: Ramlan

Baca Juga