Lingkungan
ANTAM Ancam Lingkungan Halmahera Timur

Maba, Hpost – Keberadaan Udin Abubakar bersama seorang rekannya, Irwanto Hanza, di atas lumpur setinggi pingang orang dewasa memantik perhatian khalayak.
Lokasi Udin dan Irwanto berada adalah kawasan operasi PT Aneka Tambang (ANTAM) Site Moronopo, Desa Maba Pura, Kecamatan Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara.
“Saya turun di lokasi itu pada Rabu 7 April,” ucap Udin kepada halmaherapot.com lewat pesan WhatsApp, Kamis 8 April 2021.
Ketua Badan Pengurus Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Halmahera Timur itu memaparkan, mulai dari sungai hingga wilayah pesisir nyaris dipenuhi lumpur.
Di lokasi itu, terdapat 3 anak sungai yang bermuara hingga ke Moronopo. Sebelum ditambang, kondisi sungai tampak jernih. Tapi semua berubah setelah perusahaan hadir.
“Itu mulai terlihat sejak 2006 setelah perusahaan hadir pada 2005,” terangnya.
Menurut dia, lumpur tersebut berasal dari hulu, lokasi PT. Sumber Daya Arindo dan PT Semarak Teknindo Nusantara – sub kontraktor PT ANTAM – beroperasi. “Dua perusahaan ini yang aktif mengeruk Moronopo."
Lambat laun, terjadi sendimentasi di area bibir pantai. Hasil pantauan di lokasi pada Kamis 8 April, kedalaman lumpur sekira 2 hingga 4 meter. "Kalau luasnya hampir 2 hektare," katanya.
Ia menjelaskan, sebelum ANTAM masuk menambang nikel, kawasan Moronopo adalah tempat warga Maba dan Buli menangkap ikan.
Sebab di situ adalah sarang telur ikan. Bahkan, para nelayan kerap menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat menambatkan perahu, juga transit.
“Tapi sekarang pola hidup masyarakat nelayan di sini sudah berubah. Terutama nelayan ikan ngafi (teri),” ujarnya.
Mangrove Lenyap Tertimbun Lumpur
Pernyataan Udin soal tempat ikan-ikan bertelur dikuatkan dengan tumbuhnya sejumlah mangrove di lokasi tersebut. “Awalnya mangrove di sini tumbuh alami,” katanya.
Tapi ketika perusahaan masuk, banyak mangrove yang mati. Meski kembali ditanam oleh perusahaan, pertumbuhannya tak maksimal.
Sebab di wilayah Hulu, perusahaan diduga tidak pernah melakukan upaya reklamasi. "Kalau pun ada, itu hanya di pinggir jalan yang digunakan untuk fasilitas umum."
Akademisi Fakultas Perikanan Universitas Khairun Ternate, Ikbal Marus, kepada halmaherapost.com mengungkapkan, jenis mangrove yang ditanam di Site Moronopo adalah; Rhizophora Mucronata, Rhizophora Pilosa dan Rhizophora Apiculata.
Menurut dia, mangrove jenis ini memiliki perakaran dalam serta adaptasi lingkungan yang rendah. Sehingga, jenis yang sesuai di tanah berlumpur adalah Sonneratia Alba.
Sonneratia Alba memiliki adaptasi lingkungan cukup tinggi, serta sistem perakaran yang timbul dan menjalar ke dalam.
“Jadi dalam pertumbuhannya nanti, dapat mengikat lumpur menjadi keras,” terang Ikbal yang juga Pemantau Biota Darat dan Laut untuk PT ANTAM ini.
Terkait lumpur yang menyasar hingga ke laut, Ikbal menduga akibat patahan tanggul yang disebabkan proses reklamasi di bekas penambangan.
Termasuk hujan deras yang diduga menjadi pemicu. “Tapi sebelum itu mereka sudah bikin jalur air, dan itu lurus sekali," katanya.
Ia juga menduga, lumpur tersebut mengandung sedikit bahan polutan, sehingga menghambat pertumbuhan bibit mangrove.
“Sistem pneumatofora (akar napas pada pohon jenis mangrove) terhalang lumpur,” tandasnya.
Halmaherapost.com berupaya mengkonfirmasi Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara, Abdullah Assagaf. Namun panggilan masuk di nomor ponselnya tak kunjung diangkat hingga berita ini ditayangkan.
***
Jumat 9 April 2021, atau sehari setelah foto Udin dan Irwanto tersebar di media sosial facebook, Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara menurunkan 4 orang petugas ke Moronopo.
Petugas yang oleh DLH disebut Tim Investigasi itu, dipimpin Kepala Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup DLH Maluku Utara, Wajihuddin Fabanyo.
Namun keempat orang itu hanya sehari di lokasi, atau Sabtu 10 April 2021. Setelah itu, mereka balik dari Halmahera Timur pada Minggu 11 April 2021.
Wajihuddin, kepada halmaherapost.com Selasa 13 April 2021, mengungkapkan genangan lumpur di aliran sungai itu, disebabkan jebolnya kolam penahan endapan.
Akibatnya, lumpur mengalir hingga ke pesisir pantai. Meski begitu, Wajihuddin mengaku belum bisa memastikan dugaan pelanggaran.
"Positif tercemar atau tidak, kami belum bisa pastikan. Karena faktor kimia itu perlu uji coba laboratorium,” terangnya.
Terkait lumpur dengan kedalaman 2 hingga 4 meter, menurut dia, terjadi akumulasi material. Selain itu, dilatari faktor hujan.
“Saat ini perusahaan sedang membersihkan area genangan lumpur. Termasuk memperbaiki tanggul yang jebol dengan kayu,” katanya.
Ditanya soal sikap atau sanksi, Wajihuddin bilang, DLH menyerahkan sepenuhnya ke pihak perusahaan untuk proses perbaikan.
Padahal sebelumnya, Kepala DLH Provinsi Maluku Utara, Fachrudin Tukuboya menegaskan, akan menindak tegas ANTAM.
“Torang (kami) akan beri sanksi,” ucap Fachrudin kepada halmaherapost.com beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Maluku Utara, kondisi lahan kritis pada 2020 di Halmahera Timur diklasifikasikan ke dalam 5 keadaan lahan, yaitu; lahan agak kritis seluas 412.515 hektare dengan presentase 63,66%.
Lahan kritis 39.210 hektare dengan presentase 6,05%, lahan potensial kritis 89.136 hektare dengan presentase 13,76%, lahan sedang kritis 14.756 hektare dengan presentase 2.28% dan lahan tidak kritis 92.341 hektare dengan presentase 14,25%.
Sedangkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara dalam Laporan Daya Tampung Lingkungan 2021 – 2025, untuk sungai di Tanjung Buli, Halmahera Timur, dibagi tiga bagian, yaitu hulu, tengah dan hilir.
Dalam baku mutu air, ketiga bagian itu masuk dalam kategori 'Tercemar Berat' dengan bobot skor, Hulu -82, Tengah -62 dan Hilir -74.
Sementara, parameter pencemaran yakni TTS, klorin bebas, sulfida, fecal coli, coliform, dan timbal.
Klaim Hujan Jadi Penyebab Utama
Persoalan lumpur yang memenuhi pesisir pantai kawasan Site Moronopo, management perusahaan plat merah itu pun membuat pembelaan.
Presiden Corporate Social Responsibility PT ANTAM Tbk Unit Buli, Koko Susetyo menegaskan, lumpur yang menutupi kawasan pesisir disebabkan curah hujan cukup tinggi.
Koko bilang, pada Maret 2021, curah hujan mencapai 982 milimeter per hari. "Sedangkan hujan itu maksimumnya 250 milimeter per hari,” ujar Koko, Sabtu 10 April 2021.
Senada diungkapkan General Manager Unit Bisnis Pertambangan Nickel PT. ANTAM Maluku Utara, Ery Budiman. Kata dia, cuaca di Moronopo pada Maret kemarin cukup ekstrem.
“Bahkan melampaui curah hujan yang ada. Jadi memang seperti itu kondisinya,” kata Ery saat ditemui halmaherapost.com di Kadato Kesultanan Tidore, Senin 12 April 2021.
Terkait laporan dari DLH Maluku Utara, bahwa kolam penahan endapan di Site Moronopo jebol, Ery membantah. Menurut dia, sejauh ini semua dijaga dengan baik.
“Kalau jebol, tentu berbahaya bagi lingkungan. Malah sendimennya masuk ke sungai. Saat ini kami sedang melakukan perbaikan secara terus-menerus,” ujarnya.
Ery bilang, setiap tahun di hulu Moronopo dilakukan reklamasi. Bahkan itu sudah disetujui oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral. “Namanya reklamasi 5 tahunan, itu kita sudah buat,” klaim Ery.
Berdasarkan perencanaan, lanjut dia, saat ini sedang dilakukan reklamasi yang terhitung sejak 2019 hingga 2023. “Selain Moronopo, juga di area penambangan lainnya,” tandasnya.
===============
“KARENA DI MORONOPO ADA SUNGAI BESAR”
Berikut petikan wawancara singkat wartawan halmaherapost.com Nurkholis Lamaau bersama General Manager Unit Bisnis Pertambangan Nickel PT. ANTAM Maluku Utara, Ery Budiman, saat ditemui di Kadato Kesultanan Tidore, pada Senin 12 April 2021.
Apa yang dilakukan ANTAM ketika dampaknya mulai terlihat sejak 2006 ?
Kami tetap melakukan upaya good mining practice. Artinya, dimulai dari proses penambangan hingga pengangkutan. Tentu, yang paling kita perhatikan adalah pengelolaan lingkungan.
Bagaimana respon Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku Utara terhadap ini ?
Kami sudah berkoordinasi dengan DLH kabupaten dan provinsi. Di situ kami dapat masukan yang berharga, untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan.
Bagaimana upaya ANTAM memulihkan kawasan pesisir yang saat ini dipenuhi lumpur ?
Kami akan menambah alat untuk pengarukan check down, agar lumpur tambang tidak mengarah ke sungai. Karena di Moronopo ada sungai besar.
Selain itu ?
Kami juga akan mengundang para ahli untuk mengkaji lingkungan di Moronopo. Termasuk mendatangkan praktisi yang bisa memberikan teknologi terbaik, untuk pengelolaan.
Keberadaan lumpur juga membuat pertumbuhan mangrove tidak maksimal...
Iya, mangrove yang saat ini masih pendek itu adalah mangrove yang kami tanam di sekitar tahun 2015 – 2016, kalau tidak salah. Waktu itu kami tanam sekitar 40.000.
Respon dari Kementerian ESDM ke ANTAM seperti apa?
Pekan lalu ANTAM sempat menggelar diskusi dengan ESDM. Saat itu, pihak ESDM berencana mengkaji di lapangan. Tapi nanti setelah mereka melakukan foto udara.
Apakah Kementerian ESDM memberi penekanan ke ANTAM ?
Kita sampaikan apa yang terjadi, sedang, sudah dan akan kita lakukan. Yang jelas perbaikannya dibuat secara masif.
Komentar